SERPONG, ULTIMAGZ.com – Menyikapi maraknya gerakan dan paham yang radikal, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) mengadakan seminar antiradikalisme, Sabtu (26/05/18). Bertempat di Lecture Theatre Universitas Multimedia Nusantara (UMN), seminar ini menghadirkan pembicara dari Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Ir. Hamli, M.E.
Menurut Hamli, gerakan radikal di Indonesia seringkali mengatasnamakan agama dan sudah berlangsung sejak abad pertengahan. Dalam kasus terorisme, misalnya. Karena pelakunya seorang muslim, maka timbul stigma di masyarakat bahwa terorisme identik dengan Islam. Namun, sebenarnya stigma tersebut salah sebab Islam tidak mengajarkan demikian. Menurutnya, semua agama pernah dimuati paham radikal dan juga terjadi di seluruh dunia.
“Bukan hanya menjadi permasalahan nasional, tetapi radikalisme menjadi permasalahan global,” tegas Hamli.
Hamli menambahkan, salah satu penyebab maraknya paham radikalisme karena rendahnya kemampuan literasi masyarakat Indonesia. Menurut data Organisation for Economic Co-operation and Development (OICD), Indonesia berada di urutan 43 dari 43 negara dalam hal tingkat kemampuan literasi numerik dan pemecahan masalah (problem solving). Sedang menurut UNESCO, Indonesia berada di urutan 60 dari 70 negara.
Terorisme menjadi salah satu bentuk gerakan radikal yang baru-baru ini diwujudkan melalui aksi pengeboman di Surabaya, Jawa Timur. Karenanya, Indonesia memiliki lembaga khusus untuk menangani hal-hal yang menyangkut terorisme dan radikalisme. Dua di antaranya yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88). Dalam praktiknya, kedua lembaga tersebut bersinergi demi memberantas terorisme dan radikalisme.
Menangani permasalahan di hulu, BNPT melakukan pembinaan, sosialisasi, dan edukasi untuk pencegahan dari paham radikal (kontraradikalisasi). Selain pencegahan, BNPT juga berperan dalam penanganan untuk mengurangi paham radikal (deradikalisasi). Berbeda dengan BNPT, Densus 88 yang merupakan satuan khusus dari Kepolisian Republik Indonesia menangani permasalahan terorisme di hilir, yakni penangkapan pelaku teror.
Dalam seminar ini, BNPT mengajak masyarakat untuk turut proaktif menangkal radikalisme. Salah satu program yang dicanangkan BNPT adalah dengan kontranarasi. Dalam program ini, anak muda diajak untuk membuat karya tulis, gambar, maupun video dan menyebarkan di media sosial sebagai salah satu bentuk kampanye antiradikalisme.
“Melalui kegiatan tersebut, kaum muda dididik dan dilatih sebagai agen pencegahan radikalisme melalui perlawanan di media sosial (dunia maya),” jelas Hamli.
Maraknya hoaks juga dapat menjadi salah satu penguat eksistensi terorisme. Hamli berpesan agar masyarakat dapat selalu menyaring informasi sebelum membagikannya lagi kepada orang lain. Penyebaran isu-isu yang meresahkan di masyarakat akibat aksi teror juga menjadi tujuan dari kelompok teroris.
“Jangan lupa untuk selalu menyaring sebelum membagikan berita. Jangan asal bagi!” pungkasnya.
Penulis: Abel Pramudya
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Abel Pramudya