TANGERANG, ULTIMAGZ.com — Esther Shakadina Abiel Husodo, akrab dengan panggilan Shaka, memulai tulisannya lewat fakta yang ia temui langsung saat terjun bertemu para pengungsi di Rumah Detensi Imigrasi, Kalideres, Jakarta Barat. Detensi yang berarti penahanan atau penawanan, mengawali jejak telusur Shaka menerobos tiap dinding-dinding terpal pinggir jalan, tempat yang disebut sebagai “rumah” bagi para pengungsi dari berbagai negara konflik.
“Awalnya dapat informasi dari Rencang (unit kegiatan/organisasi sosial kampus) yang di mana mereka pernah memberi sumbangan buat para pengungsi di rumah detensi,” ujar Shaka. “Dari situ aku juga ingin membantu mereka, namun dari cara yang berbeda.”
Shaka menilai dengan membagikan sembako atau peralatan untuk para pencari suaka mungkin memang baik, namun tidak menghasilkan imbas yang besar.
“Aku kan, ingin membantu, dalam hal ini, kalau hanya dengan memberikan sembako seperti itu, menurutku sendiri tidak akan memberi imbas yang besar, karena hanya orang-orang tertentu yang bisa mengetahui keberadaan mereka,” tambah mahasiswi jurusan Komunikasi 2017 ini.
Kemudian, ia meneruskan niatnya untuk memulai tulisan dengan mengangkat cerita dari pengungsi yang tinggal di Rumah Detensi Kalideres. Dengan begitu, ia pun menilai dampaknya akan jauh lebih besar dengan menyebarkan informasi tentang hal ini ke lebih banyak orang.
Bantuan dan kepedulian memang tidak dapat diukur dari seberapa banyak orang memberi sembako atau makanan ke pada para pengungsi, namun juga seberapa besar usaha yang kita kerahkan.
“Pikirku dengan mengangkat ini, orang-orang bisa dengan cepat mengetahui dan langsung banyak orang yang bisa bantu atau peduli, seperti itu,” jelas Shaka.
Berjudul Pencari Suaka di Trotoar Rumah Detensi Imigrasi Jakarta, mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini berhasil membawa artikelnya memenangkan juara pertama kategori artikel tema di ajang Young Journalist Award Commpress 2018, Jumat (20/04/2018).
Tulisan Bernyawa Kemanusiaan
Commpress 2018 sendiri mengusung tema artikel yang secara gamblang berbicara tentang kemanusiaan, yakni They say you’re different dan tak ayal Shaka menampik dengan pengangkatan kisah pencari suaka.
Penyebab di antaranya keberadaan pencari suaka ini tidak lain adalah perang dan konflik. Shaka mengaku bahwa dirinya tidak setuju akan peristiwa tersebut, sama sekali tidak menampilkan sisi kemanusiaan.
“Aku tidak setuju dengan adanya perang seperti itu,” tegasnya. “Pertama, buang-buang duit sebegitu banyak hanya untuk menghancurkan satu sama lain. Kenapa kita tidak membuat world full of peace?”
Relevansi yang diangkat Shaka memang tidak asing lagi di telinga para manusia, yang berbicara soal manusia, dan untuk manusia. Tujuannya memang hanya untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan yang sudah lama terkubur dan dengan harapan dapat bangun dari kediamannya.
“Menurutku, bagaimana pun perbedaan yang dimiliki—pengungsi atau bukan, mereka semua itu deserves atau punya hak yang sama,” tutup Shaka.
Artikel Pencari Suaka di Trotoar Rumah Detensi Imigrasi Jakarta dapat diakses di sini.
Penulis: Felix
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Nadine K. Azura