Hobi kesasar yang dilakukan oleh Sutiknyo menjadikannya sebagai seorang traveler sejati. Teman-temannya kerap kali kebingungan dengan keberadaan Sutiknyo yang sering berada di tempat-tempat berbeda saat dihubungi via telepon sehingga ia dijuluki Lost Packer. Pria yang menyantumkan Lostpacker dalam username twitternya ini mengaku senang jika kesasar karena dapat menemukan hal unik dan berbeda dari buku-buku petunjuk traveling.
“Keluar dari guiding-guiding yang sudah ada di buku itu, tersesatlah dan cari sesuatu yang baru,” ujar Sutiknyo mengenai alasannya yang senang kesasar.
Tersesat bukan arti yang sebenarnya, tapi tersesat dalam hal baru yang memberikan informasi serta manfaat dalam sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Traveler harus keluar dari kebiasaan mainsteam yang sering dilakukan kebanyakan orang. Selain itu, memang akan lebih seru apabila keluar dari kebiasaan dan mencoba hal baru yang tak pernah dilakukan sebelumnya.
Sutiknyo menggangap traveling sebagai sekolah yang tak biasa di mana ia mendapat makna-makna kehidupan yang sebenarnya, yang tak terlihat di sekolah biasa. Dengan traveling, ia dapat melakukan interaksi dengan dunia luas, yang memiliki batasan-batasan tertentu di mana seorang traveler harus memiliki etika pula.
“Travelling itu sekolah bagi saya. Pelajaran-pelajaran hidup yang tidak saya dapatkan di sekolahan, saya dapatkan dalam traveling. Dengan traveling, saya lebih menghargai hidup,” jelasnya.
Selain itu, Sutiknyo selalu berpikiran “Stay Foolish, Stay Hungry Dude”. Maksudnya, posisikan diri sendiri sebagai seorang yang selalu bodoh, agar seseorang tersebut tidak henti-hentinya mencoba dan belajar.
“Jangan pernah puas menjadi seorang traveler yang sukses,” tambah Sutiknyo.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Penulis: Silsa Dea
Editor: Desy Hartini
Foto: Dok. Ultimagz[/box]