SERPONG, ULTIMAGZ.com — “Hobi atau kesukaan selalu membawa peluang” menjadi satu kalimat yang menggambarkan perbincangan dengan Galuh Putri usai kemenangannya di ajang Young Journalist Award yang diadakan Commpress 2018, Jumat (20/04/2018).
Galuh adalah mahasiswi jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) 2016 yang ditunjuk menjadi peserta terbaik untuk kategori infografik yang dipilih oleh kurator (dalam acara disebut best curator’s choice).
Berawal dari kegemarannya akan genre musik K-pop, Galuh memegang teguh latar belakang tersebut hingga akhir perjalanan proses pengerjaan infografiknya.
K-pop sendiri adalah genre musik original dari negara penghasil ginseng, Korea Selatan. Genre musik ini sebenarnya sudah tidak asing lagi di Indonesia, bahkan K-pop sendiri sudah mulai menyentuh pasar musik Amerika Serikat (AS)—yang industri musiknya terkenal sangat sulit untuk ditembus.
“Konsep utama infografik saya itu bagaimana musik K-pop menembus pasar AS yang di mana menurut saya sendiri sangat susah ditembus musisi di luar AS,” ujar Galuh.
Galuh mencoba untuk menampik topik perihal perkembangan K-pop di Amerika serikat. Dirinya hanya ingin berfokus pada lingkaran topik tema tersebut.
“Memang suka dengan boyband BTS (Bangtan Boys) yang kemarin lagi heboh sekali di AS gara-gara di Billboard Music Awards (BBMA) dapat Top Social Artist Award,” ceritanya. “Mengalahkan Justin Bieber yang sudah langganan menang sebanyak enam kali.”
Dari sanalah, Galuh memulai telusurannya mengenai musisi K-pop yang telah berhasil merebut hati para pencinta musik di AS, sekaligus yang telah berhasil berkiprah di negeri Paman Sam itu.
Referensi, Tinjauan Data, dan Keperluan Infografik
Galuh mengaku bahwa dirinya memang sudah gemar membaca infografik dari media Tirto.id. Dipadu dengan kreativitas sendiri, referensi karyanya ia ambil dari cara Tirto membuat infografik.
Dirinya terinspirasi oleh karya infografik Tirto dan CNN, terutama Tirto yang dikenal sejak media tersebut mulai rutin mengunggah infografik di akun Instagram resmi mereka (@tirtoid) dan website Tirto.id. Selain itu, ia juga harus menyeimbangkan referensinya dengan tinjauan data yang musti akurat.
“Saya juga harus mencari data-data atau fakta unik musik K-pop di pasar AS dan dunia. Misalnya, seperti jumlah konser di luar Korea Selatan, bagaimana K-pop di kanal Youtube, hingga rentang usia penggemar,” ujar Galuh.
Ia menambahkan dirinya mengandalkan situs internet dalam pencarian data telusurannya, di antaranya Billboard.com, Cnbc.com, Creativedisc.com, Bloomberg.com, dan Cnn.com.
Mengenal Tirto, Galuh pun menyampaikan pertimbangan akan perlunya penggunaan infografik dalam suatu artikel. Sebab, kolerasi atau relevansi dari isi artikel terhadap infografik yang dibuat harus ditinjau terlebih dahulu.
“Pemakaian infografik dalam artikel juga perlu dipertimbangkan,” jelasnya. “Menurut saya, infografik cocok sekali untuk artikel yang sifatnya kompleks atau long-form selain daripada untuk menarik minat pembaca dan memudahkan penerjemahan artikel.”
Tuntutan dan Belajar dalam Produksi Karya
Dalam memproduksi suatu karya, kita memang dituntut untuk mengenal pasar. Namun, tidak salahnya untuk terus mencoba dan belajar dari karya-karya terdahulu.
Galuh menegaskan bahwa dirinya pun masih terus belajar dalam memproduksi suatu karya, terutama dalam infografiknya yang masih diakui miliknya sangat sederhana.
“Saya pribadi masih harus belajar banyak tentang infografik, baik dari segi layout atau konten. Tapi berharap juga bahwa teman-teman mahasiswa jurnalistik lain mulai mempertimbangkan pemakaian infografik yang memang di era digital banyak digemari pembaca,” ujarnya.
Dengan kerendahan hatinya untuk terus tidak berhenti belajar, Galuh pun berharap calon jurnalis atau mahasiswa jurnalistik UMN harus bisa atau mau belajar membuat sebuah infografik.
Tuntutan memang terus berjalan seiring di mana saat ini baik media mainstream atau alternatif telah banyak yang memuat infografik di laman-laman peliputannya. Saat ini, berita semacam itulah yang dapat dikatakan sebagai paket lengkap dalam sebuah liputan.
“Kita (mahasiswa/i jurnalistik) mendapatkan mata kuliah yang menuntut kita untuk belajar semua hal tentang jurnalistik, dari ambil gambar, video, menulis berita (feature, hard news, indepth), infografik, dokumenter, dan lain-lain,” tambahnya.
Lewat wadah yang sudah tersedia dengan baik, Galuh meyakini kalau sisanya bergantung pada bagaimana mahasiswa belajar untuk menghasilkan karya dan memenuhi tuntutan untuk menjadi jurnalis yang serba bisa (multi-talenta).
“Pesan saya harus memang mencoba semua dulu, urusan jago atau ahli itu nomor dua. Kalau sudah coba semuanya, pasti kita tahu mana yang kita paling suka dalam membuat konten jurnalistik,” tutup Galuh.
Penulis: Felix
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Nadine K. Azura