SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pertunjukan layar tancap kembali menjadi salah satu rangkaian kegiatan UCIFEST 8. Serupa seperti tahun-tahun sebelumnya, layar tancap tersebut digelar di area parkir Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Rabu (22/11/17).
Tahun ini, layar tancap UCIFEST memutarkan film Sepasang Iblis Betina yang rilis pada tahun 1988. Film yang diadaptasi dari serial novel Wiro Sableng tersebut dipilih karena mengandung berbagai aksi laga di dalamnya.
“Sebenarnya dasarnya kita pengin menampilkan sesuatu layar tancap yang belum, genre yang belum pernah. Jadi yang sebelumnya kan kita ada genre comedy-action, nah sekarang kita emang mau menghadirkan yang bergenre action,” jelas Ketua Pelaksana UCIFEST 8 Dzikri Aulia Rizaldi.
Sepasang Iblis Betina mengisahkan tentang dua orang perempuan kakak-beradik yang gemar menculik laki-laki ke tempat tinggal mereka dalam sebuah gua di tengah hutan. Di sana, kedua perempuan tersebut memanfaatkan paras mereka untuk memerkosa para korban sebelum membunuhnya. Keduanya sama-sama memiliki kekuatan khusus yang tidak dimiliki perempuan lainnya.
Seorang pencuri bernama Dewa Maling bermimpi untuk menjadi raja. Ia mencuri tombak trisula emas milik kerajaan dan menyusun rencana untuk menaklukkan pemerintahan yang ada. Namun, rencananya gagal setelah sepasang Iblis Betina mengambil tombak tersebut.
Melihat kejadian itu, pendekar Wiro Sableng pun muncul untuk menjaga kerajaan. Dengan kekuatannya, ia mencoba melawan sepasang Iblis Betina untuk merebut kembali tombak emas yang mereka curi.
Sepanjang pemutaran, para penonton tidak henti-hentinya mengomentari film tersebut. Pasalnya, banyak adegan unik dan tidak biasa dilihat pada film-film Indonesia zaman sekarang. Salah satunya adalah adegan laga yang berusaha dimaksimalkan dengan teknologi seadanya.
Meski begitu, film tersebut tetap bisa menghibur dan cukup memuaskan penonton. Hal itu terlihat dari antusiasme penonton yang tetap menyaksikan film hingga selesai walau cuaca saat itu sedang kurang bersahabat.
Pemutaran film dilakukan dengan menggunakan proyektor berukuran 35 mm. Melalui proyektor tersebut, film ditembakkan ke layar besar yang digantungkan di tiang lobi parkir UMN.
Untuk meningkatkan kenyamanan penonton, panitia UCIFEST 8 menyediakan berbagai jajanan khas pedagang kaki lima di sekitar area pemutaran film. Jajanan tersebut adalah jajanan yang biasanya sering ditemukan di sekitar wilayah kampus UMN, seperti cilok telur (cilor), papeda, dan lain-lain. Penonton pun dapat dengan santai menyaksikan pertunjukan layar tancap sambil menikmati jajanan tersebut.
Penulis: Hilel Hodawya
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Daniela Dinda Ayuningtyas