ULTIMAGZ.com – Keunikan musik terletak pada bagaimana cara musisi merepresentasikan musik yang dibawakannya. Nyatanya, White Shoes and The Couples Company mampu membawakan musik dengan nuansa berbeda. Band yang beranggotakan enam sahabat di dalamnya ini, senantiasa memberikan persembahan musik yang menyuguhkan kekhasan tersendiri. Inilah yang kemudian menjadi daya tarik dari band ini.
Perihal genre musik yang dibawakannya, White Shoes and The Couples Company memilih untuk memainkan musik oldies yang ber-basic pop.
“Secara tidak sadar, kita dipengaruhi oleh musik-musik Indonesia lama tahun 60-an dan 70-an. Karena menurut kita, zaman itu musik Indonesia keren banget,” ujar Yusmario Farabi, sang gitaris.
Hal ini lantas berdampak dalam setiap penampilannya. White Shoes and The Couples Company senantiasa mencoba untuk menyinkronkan antara audio dengan visual. Oleh karena itu, setiap penampilannya, mereka cenderung membuat pertunjukan yang terkesan oldies.
Tidak hanya itu, keunikan White Shoes and The Couples Company juga terletak pada namanya yang cukup berbeda dari band lainnya. Band yang terbentuk pada 2002 ini memang sengaja memilih nama unik. Ide nama ini berawal ketika di kampus mereka dulu banyak bermunculan band-band punk, rock, dan hardcore.
“Kita enggak mau sama, kita pengin berbeda,” lanjutnya.
Setelah meluncurkan tiga album sampai sekarang ini, hal menarik lainnya adalah terkait salah satu album yang berisikan lagu-lagu daerah. Meskipun begitu, lagu-lagu yang dibawakan tetap dengan iringan musik dengan gaya khas mereka. Aransemen lagu pun terdengar lebih bervariatif.
Alasan band ini mengangkat lagu daerah karena kegemaran mereka mendengarkan piringan hitam tahun 60-an. Porsi lagu daerah saat itu sama dengan porsi lagu pop dan berada di level yang sama dengan lagu lainnya. Di sisi lain, hal ini juga menjadi sebuah bentuk penghormatan terhadap lagu-lagu daerah yang tidak kalah keren dibandingkan dengan lagu masa kini.
Tak heran apabila eksistensi White Shoes and The Couples Company tidak hanya di Indonesia saja. Band ini pun telah merambah pasar musik internasional. Terbukti dengan album pertamanya yang telah beredar di Amerika. Ya, album ini cukup mendapat sambutan hangat dari pendengarnya.
“Jadi, go international bukan lagu bahasa Inggris, melainkan lagu Indonesia,” jelas John Navid ramah.
Dalam waktu dekat, band ini pun berencana untuk kembali merilis lagu-lagu daerah. Rencananya, lagu-lagu ini akan dirilis dalam bentuk piringan hitam 7 inchi dengan empat buah lagu di dalamnya. Unik dan berbeda, inilah salah satu cara guna menyiasati pembajakan yang marak beredar.
“Terhadap bentuk fisik, kita bikin yang layak untuk dikoleksi. Download bisa di mana-mana, cuma akan lebih keren kalau punya fisiknya. Ini spesial, ada nomor 699, dan orang lain enggak ada yang punya. Artinya, itu collectible item dan itu yang kita pengin setiap terbitan kita akan seperti itu,” tutup John.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Penulis: Firqha Andjani, Lani Diana
Editor: Oktyfany Sembiring
Fotografer: Eldo Rafael
[/box]