PARIS, ULTIMAGZ.com – Pendaratan roket penjelajah Rosetta dan Philae di komet 67P tidak akan berhasil tanpa bantuan dari metode yang dinamakan gravitional slingshot atau gravity assist.
Metode ini telah dipakai sejak peluncuran penjelajah antariksa, Mariner 10 pada 1973 silam dengan memakai gaya tarik sebuah planet di tata surya untuk mengendalikan roket penjelajah antariksa.
Cara kerjanya adalah dengan gaya gravitasi di mana benda yang memiliki massa besar memiliki gaya tarik terhadap yang lebih kecil.
Roket penjelajah luar angkasa dapat memanfaatkan besarnya gaya tarik yang dimiliki oleh planet-planet untuk navigasi dengan terbang mendekati suatu planet yang membuat kecepatan roket bertambah karena adanya gravitasi dari planet tersebut.
Roket juga akan berganti arah dan bertambah cepat saat melepaskan diri dari gaya tarik planet dan “terlempar” dari tarikan planet.
Untuk lebih mudahnya, bayangkan atlit pelempar cakram yang berputar-putar sebelum cakramnya dilempar. Jika dilakukan secara tepat, maka cakram tersebut akan terlempar lebih jauh ketimbang cakram yang dilempar tanpa berputar. Prinsip ini mirip dengan gravity assist pada roket.
Oleh karena itu, para ilmuwan yang mengendalikan roket dari pusat kontrol di bumi harus memperhitungkan secara akurat pergerakan dari tiap-tiap planet, membuat perkiraan ke depan dan mengendalikan roket secara akurat.
Dalam pengendalian roket juga terdapat delay komunikasi dari pangkalan di bumi dengan roketnya. Rosetta-Philae sendiri mengalami delay sekitar25 menit.
Untuk mengatasi delay, biasanya sudah terdapat program yang secara otomatis mengendalikan roket. Namun, roket tetap membutuhkan kendali langsung dari awak manusia.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Reporter: Robert Gunardi
Editor: Ghina Ghaliya
Gambar: //i.ytimg.com/vi/ktrtvCvZb28/maxresdefault.jpg
Sumber: ESA.int, universetoday.com
[/box]