JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana mengajak aplikasi broadcasting live streaming Bigo Live untuk memerangi konten negatif, terutama pornografi. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Aplikasi dan Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pengarepan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (21/05/18).
“Saya lihat, sistem penyaringan konten gambar mereka lebih akurat. Kita mau coba gunakan mereka,” ujar Semmy seperti dilansir klikpositif.com.
Pada 2017 silam, pemerintah memblokir Bigo lantaran banyaknya konten pornografi yang disebarkan oleh pengguna tidak bertanggung jawab. Namun kini, pemerintah sudah kembali memberi izin kepada Bigo disertai ajakan kerja sama penyaringan konten negatif di internet.
Semy mengungkapkan, Bigo memiliki sistem yang dapat mendeteksi adanya konten pornografi melalui teknologi kecerdasan buatan atau yang disebur AI. Sistem tersebut memungkinkan adanya pendeteksian melalui gambar, tidak seperti sistem milik pemerintah yang masih melakukan pendeteksian melalui tulisan.
“Kalau mesin pengais kan berdasarkan keyword. Teknologi Bigo menggunakan algoritma canggih. Jadi kalau ada orang buka baju nanti langsung kelihatan. Dia (mencari) image, makanya mereka punya algoritme yang bagus untuk penanggulangan ini,” terangnya.
Menurut Semy, algoritma yang dimiliki Bigo dapat memberi pencerahan bagi dunia teknologi dan informasi di Indonesia. Terutama untuk menangkal konten pornografi yang menjadi konten terbanyak ketiga yang dilaporkan oleh pengguna internet Indonesia.
Ditambah lagi, sistem Bigo terbukti lebih cepat dalam menangkal konten negatif. Global Marketing Head BIGO Live Chang Chen mengungkapkan, Bigo memiliki sistem penyaringan konten negatif yang dilakukan kurang dari 60 detik, jauh dari standar pemerintah yaitu 3 menit. Adapun keakuratan penyaringan tersebut yang mencapai 99%.
Chang menegaskan, Bigo akan berkomitmen penuh dalam kerja sama menangkal konten pornografi, serta menambah konten positif dalam aplikasinya.
“Komitmen kami untuk menjaga konten positif dan bebas dari hoaks,” pungkasnya.
Hingga kini, pihak Kemenkominfo masih melakukan uji coba sebelum benar-benar menggunakan teknologi milik aplikasi yang rilis pada Maret 2016 lalu ini.
Penulis: Geofanni Nerissa Arviana
Editor: Hilel Hodawya
Foto: Relative-values.com
Sumber: Cnnindonesia, Gatra.com, Klikpositif.com