SERPONG, ULTIMAGZ.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) secara resmi menobatkan orang utan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) menjadi spesies baru pada Selasa (31/10/17). Sebelumnya, ekspedisi untuk menelusuri spesies ini sudah dimulai sejak tahun 1990-an ketika ilmuwan menemukan keanehan genetika dari orang utan yang tinggal di hutan pegunungan Batang Toru, Tapanuli, Sumatra Utara.
Riset dilakukan oleh peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Nasional dan Yayasan Ekosistem Lestari – Program Konservasi Orang Utan Sumatra. Penelitian akhirnya membuahkan hasil di tahun 2017. Orang utan Tapanuli merupakan spesies ketiga setelah orang utan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) dan orang utan Sumatera (Pongo Abelii).
“Ini adalah temuan terbesar abad ini yang perlu dirayakan,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Wiratno dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Jumat (03/11/17).
Waktu yang lama dibutuhkan untuk meneliti spesies ini karena orang utan adalah individu yang pemalu. Selain itu, habitat mereka yang terisolasi menyebabkan kesulitan untuk menemukan mereka dalam hutan yang luas dan lebat. Habitat tersebut berada di Ekosistem Batang Toru di tiga kabupaten Tapanuli, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Ciri fisik yang membedakan orang utan Tapanuli dibandingkan dengan kedua orang utan Kalimantan dan orang utan Sumatera adalah rambut yang lebih tebal dan keriting. Selain itu, spesies baru ini memiliki bantalan pipi yang datar serta kumis yang menonjol pada orang utan Tapanuli jantan. Ukuran rahang dan tulang tengkorak juga lebih kecil dibanding kedua spesies lainnya.
Menurut Prof Serge Wich dari Universitas John Moores Liverpool, orang utan Tapanuli jantan mengeluarkan suara yang keras untuk mengumumkan kehadirannya. Bunyi yang dihasilkan bisa terdengar sampai satu kilometer di dalam hutan.
Spesies yang hidup di atas pohon ini memiliki pakan unik yang hanya bisa ditemukan di kawasan Ekosistem Batang Toru. Mereka juga dapat hidup di daerah dengan ketinggian lebih dari 850 mdpl.
Sangat disayangkan ketika mengetahui populasi orang utan Tapanuli kurang dari 800 individu dan tersebar di wilayah kurang dari 110.000 hektar. Orang utan Tapanuli saat ini berstatus “sangat terancam punah” berdasarkan daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Oleh sebab itu, menjadi tugas semua pihak untuk menjaga keberadaan orang utan Tapanuli.
Penulis : Agatha Lintang
Editor : Hilel Hodawya
Foto : nationalgeographic.co.id
Sumber : ppid.menlhk.go.id, nationalgeographic.co.id,bbc.com