JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Putaran final Thomas dan Uber Cup 2016 sedang berlangsung di Kunshan Gymnasium, Tiongkok, dari tanggal 15 hingga 22 Mei 2016. Namun, ada yang menarik jika melihat susunan pemain yang mewakili Indonesia pada ajang bergengsi yang diselenggarakan tiap dua tahun sekali ini. Nama-nama wakil Indonesia tersebut termasuk nama-nama baru, dan hanya terlihat sedikit saja pemain senior yang ikut serta dalam ajang ini.
Pemain senior yang diikutsertakan dalam perlombaan ini terbilang sedikit; Tommy Sugiarto, Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Maria Febe Kusumastuti dan Greysia Polii. Sementara 15 nama lainnya adalah nama-nama baru, para atlet yang baru saja mengikuti ajang Thomas-Uber ini.
Dalam babak penyisihan menuju babak perempat final, para pemain muda dalam tim Thomas sudah menampilkan permainan yang cemerlang. Tim Thomas mengalahkan Hong Kong 5-0, Thailand 4-1, dan India 5-0, yang menjadikan mereka sebagai juara Grup B. Sedangkan wakil Indonesia di tim Uber kalah dari Thailand 2-3, dan harus puas menjadi runner-up Grup C.
Meski demikian, apa yang diraih oleh bibit-bibit muda tersebut sudah cukup baik untuk penampilan perdana di ajang sebesar Thomas-Uber.
Memberikan kepercayaan kepada para atlet muda tentunya mempunyai pro dan kontra tersendiri. Mereka yang muda bisa belajar dan mendapatkan pengalaman yang baru dalam berkompetisi di ajang bergengsi ini. Namun, beban yang dipikul oleh mereka pun bukanlah hal yang bisa dianggap mudah.
Masyarakat Indonesia haus akan prestasi. Dan bulutangkis selama ini dianggap sebagai olahraga yang mewakili bangsa, karena sering mencetak bintang baru dan mempunyai prestasi yang gemilang. Namun prestasi dalam cabang olahraga ini di ajang Thomas-Uber merosot.
Hal ini bukanlah isapan jempol belaka. Terakhir kali piala Thomas dibawa pulang oleh wakil Indonesia, adalah pada tahun 2002 atau 14 tahun silam. Sedangkan untuk piala Uber, dibawa pulang oleh “srikandi” Indonesia terakhir kali pada tahun 1996 atau 20 tahun lalu.
Dari segi ranking pun, pemain muda Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan Tiongkok dan Jepang, yang mempunyai pemain yang superior.
Maka dari itu, tanggung jawab yang diemban dan beban yang dipikul mereka yang muda memang besar. Namun mengingat ekspektasi masyarakat serta prestasi yang mereka raih sejauh ini, seharusnya tak lantas membuat para bibit muda menurunkan performanya.
Ini adalah saat yang tepat bagi Indonesia mengirimkan pemain mudanya dalam ajang yang bergengsi. Kapan lagi mereka akan mendapatkan pengalaman bermain melawan pemain kelas dunia kalau bukan sekarang?
Mereka adalah penerus bangsa, yang akan membawa olahraga bulutangkis Indonesia lebih maju lagi. Pasalnya, masyarakat tentu tidak bisa selamanya berharap pada nama ‘lama’ saja dalam memberikan prestasi. Dan yang bisa dan harus dilakukan oleh masyarakat adalah terus memberikan dukungan kepada pemain muda, bukan sebaliknya.
Penulis: Josephine Valencia
Editor: Alif Gusti Mahardika
Foto: badmintonindonesia.org