SERPONG, ULTIMAGZ.com – Bumi Manusia, karya sastra karangan Pramoedya Ananta Toer atau yang akrab di sapa Pram, akhir-akhir ini menjadi topik yang sering dibicarakan oleh masyarakat. Pasalnya, novel yang menjadi bagian dari Tetralogi Buru ini akan diangkat ke film layar lebar. Pro dan kontra dari warganet yang merupakan penggemar Pram mulai bermunculan.
Bumi Manusia lahir pada saat Pram diasingkan di Pulau Buru oleh pemerintah Indonesia. Sayangnya setelah terbit pertama kali pada 1980, Bumi Manusia dilarang peredarannya karena muncul anggapan bahwa novel tersebut berisi ajaran Marxisme-Leninisme.
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Minke, pelesetan monkey dalam bahasa Belanda. Nama itu juga merupakan nama fiksi dari RM Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Indonesia. Dikisahkah, Minke adalah putra Bupati yang memperoleh pendidikan menengah umum pada masa Kolonial Belanda, dimana pada masa itu sangat sedikit kaum pribumi yang berkesempatan memperoleh pendidikan. Tak hanya Minke, terdapat juga karakter penting lainnya, seperti Nyai Ontosoroh yang ‘mendidik’ Minke melalui gagasan-gagasannya, atau Annelies yang bergantung dengan Minke dan sempat menjalin hubungan dengannya meskipun pernikahannya dengan Minke harus berakhir.
Pro dan Kontra
Isu adaptasi Bumi Manusia ke layar lebar telah muncul sejak beberapa tahun lalu. Hingga akhir Mei lalu, digelar konferensi pers terkait film tersebut di desa wisata Gamplong, Sleman, Yogyakarta yang juga merupakan lokasi shooting film Bumi Manusia.
Dalam konferensi pers tersebut, diumumkan pemeran untuk film Bumi Manusia. Minke yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva De Jongh yang memerankan sosok Annelies, dan Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh.
Di bawah naungan perusahaan film Falcon Pictures, film tersebut menuai berbagai respon dari masyarakat. Muncul anggapan bahwa Bumi Manusia merupakan karya ‘sakral’ yang cukup dinikmati sebagai novel karangan Pram saja. Ada juga pendapat yang menentang Hanung Bramantyo sebagai sutradara, terlebih setelah kegagalan film terakhirnya yang berjudul Benyamin Biang Kerok.
Aktor muda Iqbaal Ramadhan ditunjuk sebagai pemeran Minke. Pemilihan ini memicu kontra besar di antara warganet. Bahkan, muncul petisi untuk menolak Iqball memerankan Minke dalam film Bumi Manusia. Mereka beranggapan Iqbaal tidak memiliki aura Minke, melainkan melekat pada aura Dilan, karakter dalam film lain yang ia perankan. Petisi tersebut juga tidak ingin jika film Bumi Manusia hanya berfokus pada kisah cinta Minke dan Annelies.
Di sisi lain, beberapa penggemar Pram justru beranggapan film ini membuat karya Pram dapat dikenal oleh fans Iqbaal, yang mayoritas adalah generasi milenial.
Pro dan kontra bermunculan mengenai film ini. Kurang tepat rasanya jika penilaian terhadap film telah dilakukan mulai dari sekarang, sejak film tersebut belum tayang di layar lebar. Seperti kutipan dari novel Bumi Manusia itu sendiri, “Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.”
Penulis : Agatha Lintang
Editor : Hilel Hodawya
Foto : metrotvnews.com