SERPONG, ULTIMAGZ.com — Selain media hiburan, film juga bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan politis atau bahkan pendirian politik tertentu. Walau terkesan berat dari segi alur cerita, nyatanya kombinasi antara keduanya masih banyak diminati khalayak. Salah satu film dengan sisipan pesan politik yang sedang ramai dibicarakan adalah Hidden Figures.
Film garapan sutradara kondang Theodore Melfi ini mengangkat isu yang cukup sensitif yaitu rasisme dan diskriminasi etnis dan gender.
Hidden Figures bercerita tentang perjuangan tiga perempuan keturunan Afrika-Amerika yang bekerja di divisi West Area Computers milik NASA; Katherine Goble Johnson (Taraji P. Henson) si jenius matematika yang harus menghadapi diskriminasi setiap hari karena ia merupakan satu-satunya keturunan Afrika-Amerika di Space Task Group NASA, Mary Jackson (Janelle Monae) yang harus berjuang melawan batasan hukum agar dapat mencapai mimpinya untuk menjadi insinyur perempuan pertama, sementara Dorothy Vaughan (Octavia Spencer) yang harus menghadapi rasisme yang menghalangi perkembangan kariernya.
Ketiganya sama-sama berjuang menghadapi rintangan diskriminasi dan segregasi, serta menginspirasi banyak orang dengan cara masing-masing. Sayangnya, Theodore Melfi dan Allison Schroeder tidak mampu membagi porsi cerita dengan baik.
Katherine ditempatkan sebagai sosok utama dalam Hidden Figures. Penempatan tersebut bukan hanya karena hasil pemikirannya berperan penting dalam kesuksesan peluncuran serta re-entry astronot John Glenn, namun juga karena ceritanya paling potensial untuk didramatisasi. Diskriminasi yang dirasakan Katherina terasa paling jelas karena seluruh rekan kerjanya berkulit putih dan hampir semuanya laki-laki.
Pesan yang berusaha disampaikan dalam film ini adalah terkadang justru kepatuhan dan ketidakpedulian-lah yang membiarkan ketidakadilan terus terjadi. Keengganan untuk menentang, mengajukan keberatan, atau bahkan sekadar mempertanyakan dan membicarakan status-lah yang membiarkan rasisme serta diskriminasi tetap merajalela sebagai norma.
Penulis: Natalia Setiawan
Editor: Kezia Maharani Sutikno
Foto: idfilmcritics.com
Sumber: sinemapedia.com, idfilmcritics.com