Hansel dan Gretel. Kedua nama itu cukup untuk menggambarkan mereka sebagai orang Polandia. Setidaknya begitulah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh ibu tiri mereka sebelum berpisah. Masa pendudukan Nazi di Polandia masih sama seperti waktu lainnya, mereka memberantas orang Yahudi.
Pelarian Hansel dan Gretel mempertemukan mereka dengan seorang perempuan tua eksentrik dan pemarah yang dikenal dengan nama Magda. Penduduk desa tempatnya tinggal menyebut dirinya sebagai seorang “Penyihir”. Wanita itu berusaha menyelamatkan mereka, meski seorang tentara Jerman yang tiba di desa punya rencana lain untuk kedua anak tersebut.
Sedangkan orang tua mereka yang selamat harus berjuang bersama bandit-bandit yang kabur dari penjara Nazi untuk bertahan hidup, dan menemukan anak-anak mereka kembali, kalau beruntung. Ibu tiri mereka cantik dan tangguh, sedangkan ayah hanya seorang teknisi depresi yang dianggap beban dan hampir dibuang kawanan itu.
Buku karya Louise Murphy ini merupakan sebuah novel mencengangkan dan lugas tentang perjuangan hidup, pelarian, pengampuna, dan ingatan. Kisah dalam buku ini menggambarkan dengan jelas bagaimana peperangan memengaruhi hidup manusia, terutama pada anak-anak.
Buku dengan tebal 487 halaman ini akan menyuguhkan cerita yang berbeda dari dongeng-dongeng klasik masa kecil tentang Hansel dan Gretel. Mereka tidak bertemu dengan penyihir yang mengurung mereka dengan pancingan permen, tapi seorang “penyihir” yang berusaha menolong mereka berkat pertemuan tidak terduga melalui “pancingan” roti wanita itu. Louise tidak meninggalkan sisi memilukan dari cerita aslinya, yang sebenarnya tidak diketahui banyak orang bahwa kisah anak-anak ini merupakan kisah dongeng tragis.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Reporter: Erwanto KhusumaEditor: Patric Batubara
Foto: Di sini[/box]