JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Bukan hal yang baru lagi jika banyak mahasiswa berprestasi menjadi kebanggaan dan mendapatkan perhatian serta publikasi dari pihak kampus. Lalu, bagaimana bila ada mahasiswa berprestasi yang bisa membanggakan kampus, bahkan nama Indonesia, tetapi tidak mendapat dukungan yang dia harapkan?
Topik ini saya angkat ketika bertemu Emmanuel Enrique, mahasiswa Sistem Informasi angkatan 2018 Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada Minggu (29/09/19) melalui ajang World Electronic Sports Games (WESG) 2019: Indonesia Qualifier di Ligagame Arena, Jakarta Barat.
Siapa sangka, pada Juli lalu melalui akun Instagram milik Indonesia eSports Association (IeSPA) ia ditunjuk sebagai salah satu atlet yang akan mewakili Indonesia di SEA Games Manila 2019 cabang olahraga E-Sports pada nomor Starcraft II.
Enriq, sapaan akrabnya yang berhasil menjadi juara 1 WESG 2019: Indonesia Qualifier divisi Starcraft II juga akan membawa nama Indonesia pada ajang WESG 2019: SEA Finals di Malaysia pada akhir Oktober mendatang yang memungkinkan dirinya akan menjadi perwakilan dari Asia Tenggara bila berhasil menjuarai turnamen tersebut.
Pertanyaan pertama saya yang timbul saat mengetahui Enriq merupakan mahasiswa UMN adalah, “Kok, saya baru tahu ada mahasiswa UMN yang menjadi perwakilan Indonesia di SEA Games?”
Namun, saya tidak menemukan sama sekali artikel atau postingan yang menyebutkan bahwa Enriq merupakan mahasiswa UMN di mana pun, termasuk di situs dan akun media sosial milik UMN.
Saat ditemui setelah menjuarai WESG 2019: Indonesia Qualifier, Enriq terlihat sangat antusias untuk mewakili Indonesia.
“Tentunya seneng banget bisa mewakili Indonesia. Terima kasih buat keluarga dan temen-temen yang udah dukung. Semoga (Indonesia) bisa terus menang,” ujar Enriq.
Ketika berbincang-bincang secara pribadi dan mengenalkan diri sebagai mahasiswa UMN, saya mempertanyakan pada diri saya sendiri, “Mengapa saya tidak pernah mendengar tentang dirinya di kampus.”
“Waktu itu padahal saya udah ajuin cuti ke kemahasiswaan dengan alasan mau ikut pelatnas SEA Games, tapi dari pihak kampusnya enggak gimana-gimana tuh,” jelasnya.
“Saya juga udah sempet kontak ketua Fortius (UKM Esports UMN) dan ngobrol-ngobrol tentang divisi Starcraft II tapi sampe sekarang kayaknya enggak dibikin tuh,” ucapnya sambil tertawa.
“Kayaknya mereka fokus game yang ditandingin di IEL (Indonesia Esports League) aja deh,” tambah Enriq.
Enriq menyayangkan tidak adanya publikasi dari pihak kampus karena tentunya dukungan dari pihak kampus akan sangat berarti bagi dirinya dan Indonesia. Apalagi sejak awal tahun ini, eSport menjadi salah satu bidang yang didukung oleh kampus, dimulai dari partisipasi UMN pada Indonesia Esports League: University Series pada awal tahun 2019. Kala itu, UMN berhasil meraih juara kedua di gim DOTA 2 dan Mobile Legends: Bang Bang.
Mungkin, masih banyak mahasiswa seperti Enriq yang memiliki prestasi tetapi belum dikenali oleh kampus. Apa karena mereka tidak membawa nama UMN sehingga UMN terkesan tidak peduli? Atau memang pihak kampus sama sekali tidak tahu dengan prestasi-prestasi mereka?
Hanya pihak kampus yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Namun, dukungan dan publikasi kampus dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dan menjadi motivasi bagi setiap mahasiswa berprestasi tersebut. Selain itu, mahasiswa lainnya juga semakin termotivasi untuk mencetak prestasi yang membanggakan.
Penulis: Geraldy Alexander Abraham, Jurnalistik 2016
Editor: Abel Pramudya
Foto: esports.id, Indonesia Esports Association (IeSPA)