JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Joko Anwar melakukan eksprimentasi dalam penggarapan film terbarunya yang berjudul A Copy of my Mind. Dikemas secara lebih sederhana dan realistis, sutradara berusia 40 tahun ini, merasa film tersebut sebagai karyanya yang paling memiliki rasa manusiawi.
“Dari empat karya film gue, ini yang paling gue suka, full feeling karena ada relevansinya dengan kemanusiaan. Walaupun di film ini ada isu politik, tapi itu hanya background-nya saja,” kata Joko saat menjadi pembicara dalam acara Film Talk di SAE Institut, Jakarta, Sabtu (16/1).
Sutradara yang juga pernah menggarap beberapa film seperti Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang, dan Modus Anomali ini, ingin menempatkan penonton seperti bena-benar berada di dalam setiap adegan film. Menurutnya, film yang natural dan memiliki keterikatan emosi, akan membuat para penonton merasa masuk ke dalam film tersebut.
“Biasanya gue banyak baca berita untuk bisa tulis skenario filmnya agar natural. Harus haus akan informasi dan cek langsung ke lingkungan lokasi yang ingin dijadikan shooting,” tuturnya.
Selain adegan film, musik juga bagian penting dalam film. Rama Aba, music director film tersebut menyatakan, konsep musik yang ia buat berdasarkan hasil diskusi dengan Joko, yaitu menampilkan musik dengan suasana yang natural yang ada dalam kegiatan masyarakat setiap hari.
“Misalnya saat kita jalan kaki sambil dengar lagu. Nah, seperti itu yang kita masukin,” ujar Aba.
Ia mencontohkan, lagu-lagu yang ber-genre seperti dangdut melayu, dangdut tarling, dan lagu relaksasi merupakan tantangan baginya dan tim lantaran susah membuat lagu seperti itu. Apalagi, saat ia harus membuat lagu yang ber-genre musik Rhoma Irama.
“Saya bikin musik seperti lagu-lagu Rhoma Irama itu susah karena harus sesuai dengan gerakan khas mulutnya. Padahal durasinya hanya lima menit dalam film. Akhirnya saya buat sambil nonton televisi,” papar penyuka musik ber-genre metal ini.
A Copy of My Mind sendiri baru akan tayang di bioskop pada 11 Februari mendatang. Film ini menceritakan kisah romantis sekaligus drama dari Sari (Tara Basro) dan Alek (Chicco Jerikho). Sari yang berprofesi sebagai karyawan salon harus menghadapi kenyataan berurusan dengan penjahat kelas kakap di tengah panasnya suasana politik jelang pemilihan presiden 2014 lalu.
Penulis: Christoforus Ristianto
Fotografer : Debora Darmawan
Editor : Petrus Tomy