ASEAN Literary Festival (ALF) 2014 tak hanya menghadirkan karya sastra, tapi juga serta ragam kesenian lainnya. Festival ini memiliki beberapa segmen yang salah satunya adalah Art and Writer’s Performance pada 22-23 Maret 2014 lalu.
Pada malam kedua dan ketiga festival sastra rakyat ini, Art and Writer’s Performance digelar dengan menampilkan tarian serta pembacaan puisi oleh beberapa sastrawan. Tokoh-tokoh sastra yang tampil adalah Joko Pinurbo dengan puisi khasnya yang bercerita tentang toilet dan malam pertama. Ada Martin Aleida dengan karyanya yang berjudul “Ode untuk Selembar KTP”. Tak ketinggalan Isa Kamari dari Singapura dengan puisinya yang berjudul “Gunung Berapi”, “Ka’bah”, dan “Kepulangan”.
Penampilan aktris cantik Cornelia Agatha dan pertunjukan tari dari Nartana Buddhaya juga turut meramaikan panggung utama. Nartana Buddhaya membuka malam penutupan ALF 2014 dengan membawakan tarian Gaba-Gaba. Tarian tersebut mewakili keberagaman dan kebersatuan yang ada di negara-negara anggota ASEAN.
Festival sastra ini lalu ditutup dengan pelepasan puisi, yakni dengan menerbangkan lampion bertuliskan puisi. Suasana pelepasan puisi ini juga dimeriahkan oleh iringan musik Sarampa dan pembacaan puisi Khrisna Pabichara. Sebelumnya, di ALF 2014 juga dimeriahkan oleh hujan puisi, yakni menebarkan puisi pada secarik kertas yang berjatuhan.
“Menerbangkan puisi di @ASEANLiterary. Sejadi-jadinya puisi ialah yang melepaskan diri dari penyairnya,” tulis Andi Gunawan, dalam akun twitternya @NDIGUN.
Sehari sebelum malam puncak ASEAN Literary Festival, diumumkanlah ASEAN Literary Award yang diberikan untuk Wiji Thukul. Fajar Merah dan Fitri Nganti Wani, putra dan putri Wiji Thukul menjadi wakil dari keluarga untuk menerima penghargaan tersebut.
[divider] [/divider] [box title=”Info”] Reporter: Ghina GhaliyaEditor: Sintia Astarina
Fotografer: Guido Caesar[/box]