SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pada awal 2024, dunia balap Formula 1 (F1) diguncang oleh kabar mengejutkan. Pembalap dengan tujuh gelar juara dunia F1 resmi bergabung dengan tim Scuderia Ferrari untuk musim 2025. Keputusan yang diambil oleh Hamilton tidak hanya menjadi momen bersejarah dalam dunia F1, tetapi juga menandai babak baru dalam karier salah satu pembalap legendaris di sejarah F1, dilansir espn.com.
Hamilton mencatat tujuh gelar juara dunianya bersama McLaren dan Mercedes. Ia dikenal sebagai ikon lintasan dan sosok yang berpengaruh di luar sirkuit. Pindahnya pembalap berdarah Inggris ke tim legendaris Ferrari ini membuat publik dan penggemar bertanya-tanya, apa yang mendorong keputusan ini dan apa makna dari langkah besar tersebut?
Baca juga: Oscar Piastri Berhasil Mendominasi Grand Prix Saudi Arabia
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana Hamilton sampai ke titik ini, mari telusuri perjalanan luar biasa yang ia tempuh sejak kecil. Mulai dari trek karting sederhana di Inggris hingga dominasi podium balap dunia.
Awal Karier Lewis Hamilton: Dari Karting Hingga F1
Hamilton lahir pada 7 Januari 1985 di Stevenage, Hertfordshire, Inggris. Ketertarikannya pada dunia balap muncul saat usia lima tahun dimana ayahnya membelikannya mobil remot kontrol.
Pada usia enam tahun, ia menerima hadiah karting pertamanya dan mulai berkompetisi dengan serius. Hamilton menunjukkan bakatnya di dunia karting, membuatnya menjadi pembalap termuda yang memenangkan Kejuaraan Karting Cadet Inggris di usia sepuluh tahun, dilansir timepath.org.

Melansir dari britannica.com, pada 1998, bakat Hamilton mulai dilirik oleh McLaren dan Mercedes-Benz yang kemudian mengundangnya ke dalam program pembalap muda mereka. Dukungan yang diberikan oleh McLaren dan Mercedes-Benz menjadi titik awal dari pondasi karier Hamilton di dunia F1.
Hamilton pun memulai debutnya di F1 pada 2007 dengan tim McLaren, menjadikannya pembalap berkulit hitam pertama dan satu-satunya hingga saat ini. Saat itu, rekan pembalapnya adalah seorang juara dunia dengan dua gelar, Fernando Alonso. Namun, hal itu tidak membuat Hamilton redup dalam menunjukkan bakatnya.
Di musim pertamanya, Hamilton berhasil menduduki posisi kedua dalam klasemen juara dunia pembalap dengan selisih satu poin dari pembalap Ferrari, Kimi Räikkönen. Ia juga berhasil mengalahkan rekan setimnya, Alonso dengan menorehkan hasil poin yang sama.
Walaupun Hamilton gagal dalam mendapatkan gelar juara dunia di musim pertamanya, perjuangannya belum selesai. Di musim 2008, hengkangnya Alonso dari tim McLaren menuju tim Renault memberikan Hamilton kesempatan sebagai pembalap pertama di tim McLaren.
Hamilton pun kembali menunjukkan bakatnya dengan meraih lima kemenangan dan menorehkan 98 poin. Hal itu menjadikannya juara dunia pembalap, mengalahkan Felipe Massa pembalap Ferrari yang kalah satu poin dari Hamilton, dilansir dari formula1.com.
Era Keemasan Lewis Hamilton
Keputusan Hamilton untuk keluar dari tim McLaren dan bergabung ke tim Mercedes pada 2013 sempat menuai keraguan dari berbagai pihak. Pada saat itu, banyak pengamat yang menilai kepindahan Hamilton sebagai langkah yang beresiko untuk kariernya, mengingat bahwa Mercedes saat itu belum mendominasi ajang balap.
Namun, keputusan Hamilton tidak ia ambil tanpa perhitungan. Niki Lauda, seorang pembalap legendaris yang menjabat sebagai ketua non-eksekutif Mercedes berperan besar dalam memengaruhi keputusan Hamilton.
Lauda berjanji untuk memberikan mobil yang membawanya mendapatkan juara dunia kembali, dilansir bbc.co.uk. Keputusan Hamilton untuk pindah ke Mercedes menjadi titik awal era emas dalam kariernya yang legendaris.

Dominasi Hamilton dimulai pada 2014, saat regulasi mesin mobil turbo-hybrid diperkenalkan. Mercedes tampil sebagai tim terkuat di antara tim F1 lainnya dan Hamilton tampil maksimal dengan luar biasa cemerlang.
Pada musim 2014, Hamilton mendapatkan gelar juara dunia dengan 384 poin. Di musim selanjutnya, Hamilton kembali mendominasi F1, mendapatkan 381 poin, dan mempertahankan gelar juara dunianya.
Semua berjalan seperti yang Hamilton harapkan. Akan tetapi, musim 2016 menjadi salah satu musim kompetitif baginya. Rekan setimnya, Nico Rosberg memberikan persaingan yang sengit untuk mendapatkan gelar juara dunia.
Pada musim 2016, Hamilton harus tunduk pada Rosberg dalam perebutan gelar juara dunia. Hamilton mendapatkan 380 poin, dengan selisih lima poin dari Rosberg yang mendapatkan gelar juara dunia. Kekecewaan Hamilton di musim 2016 tidak mengubur ambisinya untuk merebut gelar juara dunia. Pada musim 2017 hingga 2020, Hamilton mendominasi F1 secara beruntun.
Ia berhasil mengalahkan rekan setimnya yang baru, Valtteri Bottas tanpa memberikan perlawanan sepadan. Pembalap Ferrari, Sebastian Vettel pun tidak berkutik menghadapi dominasi Hamilton. Pada musim 2020, Hamilton resmi menjadi salah satu pembalap dengan gelar juara dunia terbanyak dengan tujuh gelar, menyamai rekor Michael Schumacher, membuatnya menjadi pembalap legendaris dalam sejarah F1.

Masa dominasi Hamilton berakhir pada musim 2021, di mana Hamilton kalah dalam perebutan gelar juara dunia dengan kompetisi sengit melawan pembalap dari tim Red Bull, Max Verstappen. Musim 2021 menjadi musim yang sulit untuk Hamilton, karena perebutan gelar juara ditentukan pada balapan terakhir di Grand Prix Abu Dhabi. Hamilton mendominasi berlangsungnya balapan hingga safety car keluar karena terjadi kecelakaan pada pembalap Williams, Nicholas Latifi.
Di lap terakhir, Hamilton memimpin balapan dengan Verstappen tepat di belakangnya. Saat balapan kembali dimulai, Hamilton harus kehilangan posisi di tikungan akhir dan dirinya pun kalah dari Verstappen pada perebutan gelar juara dunia.
Melansir dari skysport.com, kekalahan tersebut menjadi momen yang susah untuk dilupakan bagi Hamilton. Hamilton juga berkata bahwa kompetisi tersebut berdampak pada kondisi kesehatan mentalnya, menjadikan momen tersebut sebagai titik awal berakhirnya dominasi Hamilton di dunia F1.
Setelah musim 2021, Hamilton tidak pernah merasakan kemenangan sekali pun. Ia hanya mampu mendapatkan posisi podium, tetapi tidak dengan kemenangan.
Hingga akhirnya pada musim 2024, Hamilton memenangkan Grand Prix Inggris, mematahkan puasa kemenangan setelah 30 bulan. Namun, satu kemenangan tersebut tidak berhasil menjadikannya sebagai juara dunia kembali. Pada musim 2025, Hamilton secara resmi bergabung dengan Ferrari, memutus hubungan panjangnya dengan Mercedes.
Baca juga: Netflix Rilis Trailer Musim Ketujuh Formula 1: Drive to Survive
Babak Baru Bersama Ferrari
Musim 2025 menjadi langkah Hamilton memasuki era baru di karier F1-nya. Ia menjadi pembalap Ferrari yang menggantikan Carlos Sainz Jr. Keputusan ini didorong oleh ambisi Hamilton untuk mendapatkan gelar juara dunia yang kedelapan, agar dirinya dapat memecahkan rekor sebagai pembalap dengan gelar juara dunia terbanyak dalam sejarah F1, dilansir time.com. Hamilton melihat kesempatan untuk kembali menjadi juara dunia dengan menjadi pembalap Ferrari karena mobilnya yang dinilai lebih kencang dibanding Mercedes di musim 2024.

Meskipun begitu, ia menghadapi berbagai kendala ketika berada di tim Ferrari, termasuk diskualifikasi kedua pembalap Ferrari di Grand Prix China karena kedua mobil pembalap tersebut tidak memenuhi standar regulasi yang ada. Namun, Hamilton tetap optimis dan berkomitmen untuk mendapatkan gelar kedelapannya dan membawa Ferarri kembali ke masa kejayaannya.
Penulis: Reza Farwan
Editor: Jessica Kannitha
Foto: independent.co.uk, theguardian.com, espn.com, tntsports.co.uk, motosport.com
Sumber: espn.com, timepath.org, britannica.com, formula1.com, bbc.co.uk, skysport.com, time.com