Serpong, ULTIMAGZ.com – Jika Ultimates mendengar kata ‘propaganda’, mungkin yang terbayang adalah penyensoran media atau pembatasan informasi. Namun, propaganda juga bisa bekerja dengan cara berlawanan yaitu membanjiri publik dengan begitu banyak informasi hingga kebenaran sulit dikenali.
Melansir scienceupfirst.com, The Firehose of Falsehood atau firehosing, merupakan taktik propaganda yang menyebarkan informasi secara cepat dan berulang-ulang tanpa memperhatikan kebenaran isinya. Walau taktik ini sudah lama digunakan di berbagai momen sejarah, peran media sosial saat ini memberi lahan subur yang baru untuk memperkuat efeknya.
Baca juga: Hoaks Menyebar di UMN, Kampus Minta Jaga Keamanan dan Waspada
Dalam firehosing, informasi dapat disebarkan melalui jaringan bot, berbagai kanal media massa, ataupun text messages. Tujuan dari propaganda jenis ini adalah untuk menembakkan sebanyak mungkin informasi ke berbagai arah sekaligus. Informasi ini bukannya meyakinkan dengan fakta atau data, melainkan dilepaskan dari komitmen terhadap kebenaran.
Teknik firehosing sangat efektif karena kebohongan dapat menyebar jauh lebih cepat daripada kebenaran. Akibatnya, fakta selalu tertinggal selangkah di belakang. Ketika bantahan atau koreksi muncul, informasi palsu sudah lebih dulu beredar luas dan bahkan dipercaya sebagian audiens.
Tidak hanya itu, teknik ini juga sengaja membanjiri publik dengan narasi yang saling bertentangan. Alhasil, banjiran informasi akan menimbulkan kebingungan dan membuat orang lelah memilah mana yang benar.
Firehosing juga memanfaatkan kelemahan psikologis manusia. Melansir ie.edu, pesan atau informasi yang diulang-ulang akan terasa akrab dan sering kali ditafsirkan sebagai kebenaran. Akibatnya, banyak orang tetap cenderung mempercayai atau bahkan ikut menyebarkannya meski sadar bahwa informasi tersebut keliru.
Hal ini diperburuk dengan adanya peran media sosial. Walaupun, media sosial membantu menyebarkan informasi secara cepat, menyebarkan berita tanpa pikiran matang dapat menambah efek propaganda ini.
Menghadapi firehosing bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan klarifikasi biasanya datang terlambat dan jarang mampu menghapus kesan pertama yang sudah terbentuk.
Maka dari itu, cara paling tepat bukan hanya membantah, melainkan juga melakukan pencegahan sejak awal. Melansir RAND.org, memperingatkan tentang potensi misinformasi, memberikan klarifikasi, dan menyebarkan narasi yang logis lebih efektif dibanding sekadar menyanggah.
Selain itu, penting pula meningkatkan kesadaran publik tentang bagaimana propaganda bekerja sehingga audiens bisa lebih waspada terhadap manipulasi informasi. Dengan kata lain, audiens perlu melihat informasi lebih dari sekadar tampilan luarnya.
Baca juga: Mahasiswa Bersuara, UMN Berbicara: Aspirasi Tak Hanya Satu Cara
Setiap pesan yang beredar membawa makna tertentu dan sering kali ada alasan mengapa informasi itu disebarkan. Tidak jarang informasi juga mengandung maksud lain yang tersembunyi di balik isi yang tampak. Menyadari hal ini dapat membantu memahami betapa mudahnya perspektif publik dibentuk dengan mengatur apa yang ditampilkan dan apa yang disembunyikan.
Firehosing bertujuan untuk membanjiri publik dengan kebohongan dan kebingungan, tetapi bukan berarti kebenaran hilang begitu saja. Pertanyaannya, apakah Ultimates siap mencari dan berani mempertahankannya?
Penulis: Belva Putri Paramitha
Editor: Jessie Valencia
Foto: pexels.com/Lara Jameson
Sumber: scienceupfirst.com, ie.edu, RAND.org