SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pernahkah Ultimates menyebut teman “narsis” karena sering memotret atau memuji dirinya sendiri? Tahukah bahwa kata ini berasal dari seorang tokoh dalam mitologi Yunani, Narcissus? Ia adalah seorang pangeran muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri.
Narcissus adalah anak dari Cephissus, sungai yang mengalir di pegunungan Kithairon dan Liriope. Ia dilahirkan dengan keindahan yang luar biasa. Tak hanya segi fisiknya saja, tetapi juga aura yang ia pancarkan juga menakjubkan. Namun, keindahan dewa ini hancur karena sebuah kutukan dari Nemesis, dewi penjaga keadilan dan penebusan atas keangkuhan.
Baca juga: Kenali Firehosing: Taktik Propaganda Pembanjiran Informasi
Mengutip nationalgeographic.grid.id, terdapat berbagai versi tentang kehidupan sang dewa Yunani. Meskipun detailnya sedikit berbeda, semuanya memiliki inti cerita yang sama serta pesan moral serupa. Sumber utama dari mitos ini adalah Metamorphoses, sebuah karya epik berbahasa Latin yang ditulis oleh penyair Romawi, Ovid. Dalam karya tersebut, kisah Narcissus diceritakan pada Buku III. Ovid sendiri merupakan seorang penulis yang lahir sekitar tahun 43 SM di wilayah Romawi.
Narcissus memiliki sifat sombong dan angkuh, bahkan ia menganggap dirinya terlalu sempurna untuk dicintai orang lain. Suatu hari, saat berburu di hutan lebat, dirinya tersesat.
Tanpa sengaja, peri bernama Echo melihatnya dan jatuh cinta. Akibat sebuah kutukan, Echo tidak dapat berbicara terlebih dahulu. Ketika Narcissus berteriak, Echo membalasnya.
Ia pun akhirnya mendekati dewa Yunani yang membuatnya jatuh cinta itu. Namun, dengan sombongnya, Narcissus menolak Echo dan menghilang ke dalam hutan.
Narcissus menolak cinta dari banyak peri dan kesombongannya membuat para peri marah. Kemudian, Echo yang patah hati memilih untuk bersembunyi di dalam gua. Ia terus menderita hingga tubuhnya kurus kering, menjadi debu, dan hanya menyisakan suaranya, dilansir dari historyhit.com.
Dewi pembalasan, Nemesis, menghukumnya atas kesombongannya. Ia membawanya ke sebuah kolam, di mana Narcissus melihat bayangannya sendiri dan langsung jatuh cinta.
Baca juga: The Batman: Teror The Riddler dan Gelapnya Dunia Kriminal Gotham
Akibat terlalu cinta dengan bayangannya sendiri, ia sampai tak ingin beranjak dari kolam hingga ia mulai menjadi kurus kering seperti Echo. Akhirnya, ia pun meninggal.
Dari kisah dewa Yunani ini, Ultimates bisa mengambil kesimpulan bahwa meskipun memiliki rasa percaya diri dan mencintai diri sendiri sangat penting, hal ini tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Cinta pada diri sendiri harus seimbang dan tidak boleh dijadikan alasan untuk meremehkan atau menyakiti orang lain, seperti yang dilakukan Narcissus pada Echo.
Penulis: Zalfa Zahiyah Putri Wibawa
Editor: Jessica Kannitha
Foto: worldhistory.org
Sumber: nationalgeographic.grid.id, historyhit.com