SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pada abad ke-19, Augusta Ada King, Countess of Lovelace, seorang bangsawan Inggris telah membayangkan konsep yang kini kita kenal sebagai komputasi. Dikenal sebagai programmer komputer pertama di dunia, kisah Ada Lovelace bukan hanya tentang penemuan, melainkan juga tentang keberaniannya menentang batas-batas pemikiran di masa Victoria.
Lahir pada 1815, Ada adalah putri dari penyair terkenal Lord Byron. Namun, karena khawatir putrinya akan meniru minat sang ayah terhadap puisi, ibunya yaitu Lady Byron mendorong Ada untuk mendalami matematika dan sains. Pendidikan yang jarang diberikan kepada perempuan pada masa itu membuat Ada memiliki kemampuan logika luar biasa tajam, dilansir dari detik.com.
Baca juga: Diracun di Udara: Mengenang Sang Aktivis HAM, Munir
Pada usia muda, Ada bertemu dengan Charles Babbage, seorang matematikawan dan penemu yang dikenal sebagai “Bapak Komputer.” Babbage sedang merancang sebuah mesin yang disebut Analytical Engine, sebuah mesin mekanis yang secara konsep sangat mirip dengan central processing unit (CPU) modern. Babbage melihat mesinnya sebagai alat hitung yang sangat canggih. Namun, Ada melihat sesuatu yang jauh lebih besar.
Mengutip suarapemerintah.id, hubungan kerja sama antara Ada dan Babbage dimulai ketika Ada diminta menerjemahkan sebuah makalah berbahasa Prancis tentang Analytical Engine. Saat menerjemahkan, Ada menambahkan catatan yang jauh lebih panjang dan lebih penting daripada teks aslinya. Catatan ini berisi visi futuristiknya tentang mesin tersebut.
Dalam Catatan G (Note G) inilah, Ada menuliskan serangkaian instruksi langkah demi langkah, seperti yang disebut algoritma sekarang untuk menghitung urutan angka Bernoulli. Algoritma ini dirancang khusus untuk diproses oleh Analytical Engine. Penemuan ini menjadi algoritma pertama yang dirancang untuk diimplementasikan pada mesin komputer sehingga Ada Lovelace secara resmi diakui sebagai programmer komputer pertama di dunia, dilansir dari sciencefocus.com.
Baca juga: Film Nonnas Hadirkan Kehangatan Restoran Melalui Dapur Nenek
Warisan Ada Lovelace ini menjadi begitu abadi karena visi dan pemikirannya yang melampaui zamannya. Ia melihat bahwa Analytical Engine tidak hanya dapat menghitung data numerik, tetapi juga dapat memproses simbol yang dapat mewakili apa pun. Ia meramalkan bahwa mesin ini suatu hari nanti dapat digunakan untuk menciptakan musik yang kompleks, menghasilkan grafik, dan tujuan ilmiah lainnya.
Sayangnya, Analytical Engine tidak pernah selesai dibangun pada masa hidup Ada dan Babbage karena keterbatasan teknologi dan dana. Meskipun begitu, karya dan jasanya menjadi pengingat bahwa setiap kemajuan teknologi berakar pada keberanian berimajinasi serta kemampuan berpikir melampaui batasan yang ada.
Penulis: Zalfa Zahiyah Putri Wibawaa
Editor: Jessie Valencia
Foto: newyorker.com
Sumber: detik.com, suarapemerintah.id, .sciencefocus.com




