JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Nike merilis kostum Timnas Indonesia terbaru pada akhir Oktober 2014. Kostum yang digunakan selama dua tahun (2014-2016) ini menyesuaikan dengan standar produk kostum Nike, yaitu berasal dari bahan daur ulang botol plastik. Di satu sisi, produk tersebut bersifat ramah lingkungan, namun apakah ada kekurangannya di sisi lain?
Hubungan antara teknologi dan ramah lingkungan terletak pada bahan dasar dari produk Nike. Teknologi Nike Dri-FIT (Functional Innovative Technology) yang Nike gunakan disebut sebagai teknologi yang ramah lingkungan lantaran bahan dasarnya adalah daur ulang botol plastik. Pada satu set kostum baru timnas Indonesia (kaus, celana, dan kaus kaki) dibuat dari daur ulang 18 botol plastik.
Program daur ulang botol plastik ini sudah mulai dikembangkan Nike sejak tahun 2008. Sejak teknologi tersebut diperkenalkan, Nike mengklaim sudah mengurangi dua milyar botol plastik untuk seluruh kostum yang dibuat di seluruh dunia. 18 botol plastik yang didaur ulang itu kemudian diubah menjadi serat polyester. Untuk mendapatkan kualitas terbaik, Nike memadukan serat polyester dengan bahan katun. Bahan katun berfungsi untuk menjaga kenyamanan pemain selama pertandingan.
Pada kostum timnas Indonesia terbaru ini terdapat perpaduan 90% polyester dan 10% katun pada bagian kaus, 100% polyester pada bagian celana, serta 78% polyester dan 12% katun pada bagian kaus kaki. “Selain ramah lingkungan, keunggulan sebuah kostum olahraga yang menggunakan bahan polyester daur ulang adalah materialnya lebih ringan, sehingga memudahkan atlet dalam melakukan pergerakan, ” ujar Nino Priambodo, Country Marketing Manager Nike Indonesia kepada CNN Indonesia. Hal ini terbukti dari bobot kostum timnas Indonesia terbaru lebih ringan 20% dari kostum sebelumnya. “Walaupun lebih ringan, bahan kostum tersebut lebih kuat hingga 23% dibanding sebelumnya,” tambah Nino.


Sedangkan untuk desain, warna kandang dan tandang masih sama, yaitu merah untuk kandang dan putih untuk tandang. Untuk kostum kandang, warna merah masih menjadi warna dasar kostum, namun kali ini tidak ada dua tone warna merah seperti kostum sebelumnya. Dengan model kerah yang berganti menjadi v-neck, tujuannya adalah agar pemain lebih fleksibel untuk mengenakan dan melepas kostum. Kostum tandang terlihat lebih sederhana. Dengan ditambahkannya kerah berwarna hijau pada bagian leher, kostum ini terlihat lebih klasik dan memiliki nilai historis. Tak lupa, kedua kostum ini juga terdapat tulisan “Bhinneka Tunggal Ika” pada bagian belakang leher. Tujuannya adalah untuk mengobarkan semangat juang dalam diri pemain timnas Indonesia.
Sayangnya, program pembuatan produk yang berasal dari daur ulang botol plastik ini sempat menimbulkan polemik tersendiri, khususnya di Eropa. Pada gelaran Piala Eropa 2012 lalu, organisasi perlindungan konsumen di Eropa, BEUC, melansir penemuan bahan kimia berbahaya pada kostum di sembilan negara peserta Piala Eropa 2012. Negara tersebut adalah Polandia, Spanyol, Jerman, Rusia, Ukraina, Italia, Prancis, Belanda dan Portugal. “Hasil tes yang dilakukan anggota kami ini harusnya mengingatkan Undang-Undang Eropa agar lebih ketat mengawasi zat kimia berbahaya yang dipakai pada produk yang digunakan konsumen, ” ujar pernyataan BEUC seperti dikutip Telegraph, 2012 silam.
Zat komponen plastik daur ulang yang Nike gunakan berupa PET (polyethylene terephthalate). Zat PET memiliki simbol segitiga dengan angka 1 di dalamnya dan tulisan PET atau PETE dibawahnya. Angka 1 tersebut berarti anjuran penggunaan produk plastik tersebut hanya sekali saja. Bahaya dari frekuensi penggunaan yang berlebihan adalah timbulnya zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Zat yang ditimbulkan bahan polyester cukup berdampak bahaya. Namun tentunya, bahaya ini tidak akan muncul apabila kita menggunakan produk tersebut sesuai aturan. Sesuai aturan di sini berarti bagaimana kita merawat dan memakai produk tersebut dengan bijak. Maka dari itu, Nike telah memberi anjuran dan panduan khusus dalam penggunaan dan perawatan produknya. Tentunya, segala hal memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun apabila kita mampu memaksimalkan kelebihan dan mengantisipasi kekurangan tersebut, kita akan mampu memanfaatkannya dengan baik. Jangan sampai kebutaan kita terhadap pengetahuan akhirnya mencelakakan kita.
Penulis: Alif Gusti Mahardika, Petrus Tomy
Editor: Nikolaus Harbowo
Foto: nike.com, wikipedia.org