SERPONG, ULTIMAGZ.com – Universitas merupakan sebuah institusi yang memiliki peraturan untuk menunjang keberlangsungan pendidikan. Dosen dan mahasiswa merupakan unsur dari institusi tersebut. Artinya, dosen dan mahasiswa wajib mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh universitas. Sesuai yang tertulis dalam buku Panduan Kemahasiswaan bagian Kode Etik Mahasiswa, hubungan mahasiswa dengan dosen, tertulis bahwa wajib datang tepat waktu saat kuliah dan kegiatan akademik lainnya. Ketika mahasiswa dituntut untuk datang tepat waktu, bagaimana dengan dosen?
Bella, salah seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi menyatakan, ada dosen yang sudah tiga kali terlambat masuk kelas dari empat minggu perkuliahan ini. Salah satu kelas pun ditiadakan dan belum diberikan Kuliah Pengganti. “Lain dosen, ya lain sikap. Ada dosen yang tidak memberi toleransi keterlambatan. Kalau sistem tapping masih memberi toleransi 15 menit, dosen yang ini tidak,” akunya.
Sebenarnya, ia menyesalkan kebiasaan dosen yang sering terlambat. “Kalau datangnya telat tuh membuang waktu di kelas banget. Waktunya bisa dipakai buat belajar, tapi jadi cuma main-main karena tidak ada dosen,” tuturnya.
Tidak hanya Bella, Christian, mahasiswa jurusan Teknik Informatika juga menuturkan ketidakpuasannya atas keterlambatan dosen. “Ya, harusnya sebagai dosen jangan telat, dong. Kan, kasihan mahasiswa yang sudah berusaha datang tepat waktu.”
Namun, berbeda dari kedua mahasiswa lainnya, Albert, mahasiswa jurusan Sistem Informasi mengaku senang jika ada dosen datang terlambat. “Senang dong kalau ada dosen datang terlambat. Asal jangan minta perpanjang kelas, kalau minta perpanjang kelas, ya sama saja bikin malas.”
Sependapat dengan Albert, Hans, mahasiswa Desain Komunikasi Visual menyatakan, “Kan enak bisa main dan ngobrol sama teman dulu kalau ada dosen terlambat.”
Lalu, bagaimana tanggapan dari pihak dosen?
“Saya sangat menghargai waktu. Saya anggap kalian sebagai mahasiswa adalah insan berpendidikan dan seorang insan berpendidikan tidak pantas untuk membuang-buang waktu,” ungkap Thomas Wendorise Rakam, salah seorang dosen Agama.
Rhein Mahatma, salah satu dosen Technopreneurship menyatakan, kualitas lebih berguna daripada kuantitas. “Lebih baik bicara tiga puluh menit, tapi bermutu dan bisa mengubah hidup mahasiswa, daripada bicara dua jam, tapi tidak berguna dan bikin mahasiswa ngantuk. Jadi, terkadang terlambat pun bukan masalah, asal materi tetap tersampaikan dan mahasiswa mengerti,” ucapnya. “Jadi orang harus kritis. Jangan selalu follow the rule. Kalau merasa peraturannya tidak masuk akal, ya harus dilawan. Terkadang selalu mengikuti peraturan, ya malah tidak dapat keuntungan, tidak bisa berkembang,” tambahnya.
Berbeda dengan Rhein, Steven Madyo Sukarto selaku dosen Creative and Critical Thinking menyatakan, “Saya sudah dibayar dan menyiapkan bahan pembelajaran untuk tiga jam ke depan. Maka saya harus mulai tepat waktu. Waktu itu uang, waktu itu rejeki. Jika kamu membuang waktumu, sama saja kamu membuang uang dan rejekimu,” tutupnya.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]
Reporter: Cindy Rosa / Kontributor
Editor: Sintia Astarina
Gambar: //www.morgantelimousine.com/images/punctuality-chauffeur-service.jpg
[/box]