ARTIKEL 2
Melbourne, Kalimantan, hingga Tangerang. Hijrah di beberapa kota telah mengiringi hidup Hanan selepas SMA. Awalnya, ia melanjutkan pendidikannya di Victoria University, Australia dengan mengambil program studi fashion design. Namun dua bulan setelahnya, ia kembali lagi ke daerah asalnya, Kalimantan untuk memulai perkuliahan di Universitas Mulawarman dengan memilih jurusan pertambangan yang menjadi keinginan kedua orangtua.
Suatu peristiwa, keputusan, dan jawaban kerap lahir dari hal-hal yang tak terduga dalam hidup. Dua minggu berada di jurusan pertambangan ternyata tak cukup untuk menjawab pertanyaan Hanan. Apa yang sebenarnya ia inginkan?
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang bersama keluarga, Hanan akhirnya memulai perjalanan barunya ke Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang untuk mempelajari apa yang menggugah dirinya sejak lama, yakni seni. Namun sayang, perjalanan ini tak semulus harapan.
Dirinya masih harus menunggu selama setahun sebelum akhirnya memasuki program studi yang ia inginkan. Namanya memang telah terdaftar menjadi calon mahasiswa di fakultas tersebut, namun kuota di yang telah penuh membuatnya mau tak mau berada di program studi Sistem Informasi (SI).
“Waktu itu telat daftar ulang karena udah kuliah di Kalimantan. Aku gak mau nunggu lama lagi di Kalimantan. Jadi, terpaksa ambil SI selama satu semester.”
Namun, ia tak kapok gagal. Menginjak semester keempat perkuliahannya di jurusan XXX yang dekat dengan hobi fotografinya tersebut, potensi gadis bernama lengkap Hanan Cinthya Marshella ini mulai tampak dengan sendirinya.
Di tengah masa perkuliahan, ia membentuk tim kerja yang tergabung dalam sebuah Production House bernama NEOFREAK Pictures.
“Susah cari teman yang enak diajak kerja bareng. Yang bisa bawa kita ke tujuan kita yang sebenernya. Kami bertiga sudah nyaman kerja bareng,” ujarnya. Ia pun menjabarkan filosofi dari nama NEOFREAK tersebut. Dengan arti dari “neo” yakni “baru” dan “freak” yang berarti “gila”, Hanan berharap timnya dapat menciptakan hal-hal gila, segar, out of the box, dan jauh dari kata mainstream.
Buktikan keseriusan lewat prestasi
“Orangtuaku awalnya gak setuju. Aku ini melenceng sendiri.”
Beberapa prestasi pun berhasil ditoreh oleh mahasiswi XXX 2011 ini, film pertamanya ‘Malam’ pernah mendapat penghargaan Special Mention pada screening Malang Film Festival. Selain itu, film keduanya ‘Filth in the Beauty’ pun berhasil masuk nominasi The Best Story, Film ‘ID’ yang menjadi The Best Open Scene di UCIFEST UMN.
Selanjutnya, film keempat garapan ia dan kawan-kawan yang berjudul ‘IRIS’ menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang masuk dalam nominasi film pendek terbaik mahasiswa di International Student Film and Video Festival of Beijing Film Academy (ISFVF). Film tersebut bersaing dengan 83 film pendek dari berbagai negara seperti China, Israel, dan Amerika.
Di semester tiga perkuliahan pun, gadis berumur 21 tahun ini mulai meluangkan waktunya untuk freelance. Ia pernah bekerja pada program televisi OVJ di bagian art. Selain itu, ia juga pernah bekerja di Diera Bachir Photography, Soda Machine Films, bergabung dalam Kalyana Shira Films, program Change dari Nia Dinata, dan lainnya.
Tak hanya membuat film, anak sulung dari empat bersaudara ini juga menyukai dunia acting. Sebelumnya, ia aktif dalam Teater KataK sebagai pemain.
Melihat jatuh bangun Hanan dalam menempuh pendidikan, masih banyak tujuan dan harapan yang ingin ia capai.
“Tujuan ke depan banyak banget. Tapi, yang jelas tujuanku sejalan dengan apa yang sudah aku lakukan sekarang dan yang penting gak keluar jauh dari track,” ujarnya.
Penulis: Ghina Ghaliya