Setelah Linimassa 1 dan 2, kali ini Watchdoc turut meramaikan acara Communication Press (Commpress) 2014 dengan mengadakan screening film dokumenter Linimassa 3.
“Linimassa 3 ini akan memberikan treatment yang berbeda dibandingkan Linimassa 1 dan 2 sebelumnya,” ujar Helena Yoranita Souisa, Assistant Director Linimassa 3.
Dalam Linimassa 3 ini menghadirkan lima sutradara yang memaparkan lima konflik bangsa di lima daerah berbeda secara gamblang dan terbuka. Rupanya, film dokumenter Linimassa 3 menjadi film pertama bagi kelima sutradara tersebut. Bersama ICT Watch dan Watcdoc, kelima sutradara itu pun memang diberi kesempatan untuk mengangkat lima masalah berbeda dari lima daerah.
Masalah yang diangkat dalam film ini, yakni bagaimana masyarakat Kendeng Utara dan Samarinda kehilangan harapan dalam membela hak mereka. Hal tersebut dikarenakan aparat yang kalah dengan para pengusaha pemilik modal. Masyarakat pun juga mempertanyakan sikap dari pemerintah.
Bergerak ke daerah Poso, Sulawesi Tengah. Pasca konflik Poso yang terjadi pada 1998, muncul secercah harapan untuk kembali membangun kehidupan yang lebih baik bagi wanita dan anak-anak. Dalam hal ini, diadakanlah pelatihan bagi para wanita untuk membangun kembali perkebunan dan pengenalan sosial media untuk memajukan wawasan masyarakat di Poso. Begitu pula dengan pendidikan anak-anak melalui media buku yang dibentuk oleh Institut Mosintuwu.
Aksi kemanusiaan pun turut menjadi bagian dari film dokumenter Linimassa 3 ini. Mengisahkan bagaimana para relawan di Banda Aceh yang memberi perhatian lebih dalam kebutuhan darah bagi penderita Thalasemia. Tak hanya itu, relawan juga mengadakan program satu mug bagi para korban meletusnya Gunung Rokatenda.
Keleluasaan dalam penulisan naskah menjadi hal tersulit yang dihadapi oleh Helena dalam pembuatan film Linimassa 3 ini. “Tidak ada narator dalam film ini, jadi kita hanya bisa menambahkannya informasi lewat tulisan pendek untuk memperjelas beberapa informasi dalam cerita,” ujarnya.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Penulis: Annisa Hardjanti
Editor: Desy Hartini
Foto: Yehezkiel Soedira[/box]