SERPONG, ULTIMAGZ.com — Tak hanya menyajikan kisah dengan alur menarik, Teater KataK juga menyuguhkan nilai-nilai filosofis dan moral kepada para penonton lewat pementasan ke-42-nya yang berjudul “Khatulistiwa” pada Kamis dan Jum’at (18-19/2), di Function Hall UMN. “Bagaikan permainan catur, dalam “Khatulistiwa” kali ini terdapat dua pihak yang berbeda yang saling beradu satu sama lain,” ungkap sutradara pementasan “Khatulistiwa” Michael Devarapriya.
Kisah “Khatulistiwa” bercerita tentang Raja Tuo yang dulunya merupakan panglima Raja Tua dari Kerajaan Bali. Akibat ikatan cinta yang terjalin antara Tuo dengan putri Raja Tua, Tuo membawa lari putri Raja Tua dan mendirikan kerajaannya sendiri di pulau lain. Raja Tua tentunya menyimpan rasa dendam pada Tuo.
Kata pengkhianatan secara jelas tergambar dalam pementasan kali ini. Setelah 30 tahun lamanya, keberadaan Tuo di kerajaan Betawi kemudian diketahui oleh Raja Tua. Tak menyia-menyiakan kesempatan, Raja Tua pun membalaskan dendamnya pada Raja Tuo.
“Pertemuan mereka selama lebih dari 30 tahun lamanya diibaratkan seperti garis khatulistiwa; selama mereka berada di belahan dunia, nantinya mereka pasti akan tetap bertemu,” ucap Michael.
Adegan penutup “Khatulistiwa” juga dapat dibilang tragis. Pengkhianatan Raja Tuo harus dibayar dengan kekalahannya. “Intinya, jangan pernah ragu untuk mengucapkan kata maaf ketika melakukan kesalahan. Selain itu, nilai lainnya yakni nilai kesetiaan, loyalitas, dan perjuangan,” ujar Michael.
Untuk menghasilkan pementasan dengan hasil yang baik, tentunya memerlukan persiapan yang baik pula. Seperti apa yang diungkapkan oleh Michael, pentas ini dipersiapkan secara matang dalam waktu tiga bulan. Teater KataK akan menggelar pementasan berikutnya berjudul “Les Miserables” pada akhir Mei mendatang.
Reporter : Elisabeth
Editor : Alif Gusti Mahardika
Fotografer : Cindy Gani