SERPONG, ULTIMAGZ.com – Sudah 50 tahun majalah Bobo sukses berkiprah di Indonesia. Majalah ini telah menemani banyak anak Indonesia dari generasi ke generasi. Di balik kesuksesan majalah Bobo dari 1973, terdapat beberapa sosok penting yang turut serta memperkenalkan majalah tersebut ke anak-anak di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah J. Johny Natu Prihanto.
Pria yang kerap disapa Johny ini sekarang adalah seorang dosen yang aktif mengajar di Fakultas Bisnis Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Johny tercatat mengajar beberapa mata kuliah seperti Etika Bisnis, Kepemimpinan Transformasional, Pengembangan Organisasi, dan lainnya.
Baca juga: Qhedyzya Ricardiane Jadi Mahasiswa Rantau Untuk Dunia Film Timor Leste
Fokus dalam bidang manajemen dan menjadi spesialis dalam pemasaran digital, Johny dahulu juga merintis kariernya sebagai tenaga pemasar Majalah Bobo pada 1985 hingga 1990. Selama lima tahun, Johny dan timnya ditugaskan untuk memasarkan majalah Bobo khususnya di luar Jawa.
Salah satu tantangan yang Johny dan timnya temui adalah pembengkakan biaya akibat proses pengiriman ke luar Jawa. Untuk menghadapi tantangan tersebut, Johny menghitung ulang harga jual majalah Bobo guna menentukan besaran subsidi bagi setiap cetakan yang terjual.
“Harga jual tetap, tetapi kita menghitung ulang. Dengan harga jual seperti itu, berapa tingkat subsidi yang harus dilakukan,” ungkap Johny saat diwawancarai oleh ULTIMAGZ, Jumat (17/11/23).
Akan tetapi, semakin besar jumlah subsidi yang diberikan, perusahaan kian merugi. Oleh karena itu, Johny beserta timnya menggiatkan kegiatan pemasaran majalah Bobo untuk menaikan penjualan.
“Supaya subsidinya hilang, kita harus mengembangkan pasarnya. Artinya, kita menambah omset penjualan, dan itu hanya bisa dilakukan kalau kita bisa menambah jumlah barang yang terjual,” jelas Johny.
Terdapat beberapa upaya Johny untuk mengembangkan pasar majalah Bobo. Di antaranya adalah mengadakan kunjungan maskot Bobo ke sekolah, memuat permainan interaktif dalam majalah, hingga merancang rubrik baru yakni “Jurnalis Muda”.
“Jurnalis Muda” sendiri merupakan rubrik yang menayangkan karya tulis para pembaca majalah Bobo. Hal ini dinilai efektif meningkatkan pengalaman pelanggan, sehingga anak-anak mendapat pengalaman belajar dan berkarya bersama majalah Bobo. Alhasil, seluruh upaya yang dilakukan oleh Johny beserta timnya menuai hasil yang positif.
“Anak-anak itu jarang diajari menulis. Ini menjadi sebuah tantangan, juga sekaligus memberi pengalaman kepada anak-anak ini. Ternyata kalau tulisan mereka dimuat, itu menjadi customer experience yang luar biasa,” ujar Johny.
Setelah sukses memasarkan majalah Bobo kepada anak-anak, tidak lama setelah itu, Johny ditugaskan target baru untuk merintis surat kabar daerah.
“Kalau teman-teman sekarang melihat ada Tribunnews.com, nah itu adalah bagian dari surat kabar daerah yang dulu pernah kita rintis,” kata Johny.
Pemasaran di Era Kemajuan Teknologi
Melalui pengalamannya memasarkan majalah Bobo ketika teknologi belum semasif sekarang, Johny menilai dunia pemasaran semakin penuh tantangan. Beberapa tahun silam belum banyak produk baru, sehingga produk apa pun cepat laku di pasaran. Namun, kini Johny mengatakan bahwa pemasar perlu lebih kritis lagi dalam menjual produknya.
“Sekarang tidak bisa lagi asal kita jualan produk. Kalau zaman saya dulu, apa pun yang kita buat, apa pun yang kita sajikan, akan terserap pasar dengan cepat. Karena pilihan lain barangkali tidak ada,” jelas Johny.
Menurut Johny, inti dari proses pemasaran adalah pelanggan. Kini, aktivitas pemasaran harus menciptakan pengalaman positif bagi para pelanggan, bukan sekedar menawarkan produk. Pengalaman positif inilah yang mampu meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk yang ditawarkan.
“Sekarang tidak bisa lagi (asal jualan produk), karena itu, selain menyajikan produk, juga harus berani menciptakan satu sistem supaya pelanggan memiliki experience yang extraordinary,” ujarnya.
Baca juga: Mengenal Aaron Nathanael yang Rajut Mimpi Lewat Atraksi
Selain itu, Johny menilai bahwa penting bagi majalah Bobo untuk melakukan transformasi. Transformasi yang menyeluruh menjadi satu-satunya cara bagi majalah Bobo untuk menghadapi perubahan karakter dan preferensi pelanggannya akibat kemajuan teknologi.
“Anak anak yang usia pembaca sekarang ini adalah digital savvy (paham digital). Maka tidak ada cara lain, kita harus melakukan transformasi produk, proses, dan servis sesuai dengan bahan yang ada di pembaca kita,” tutup Johny.
Penulis: Felix Abraham Surya
Editor: Vellanda
Foto: Justine Dave Martambun