SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pendiri Indigo Design and Development, Paul Hessels turut meramaikan gelaran Ultigraph 2017: RUPAVIKARA dalam seminar Signage Making yang diadakan di Function Hall Universitas Multimedia Nusantara, Jumat (29/09/17). Dalam kesempatan ini, Paul membagikan pengetahuannya tentang pembuatan signage yang memikat namun mudah dipahami.
Selama satu setengah jam, lelaki asal Belanda itu menjelaskan betapa pentingnya perencanaan desain dalam proses pengerjaan suatu signage yang meliputi banyak produk desain seperti papan nama, lambang, dan rambu.
“Kualitas suatu signage harus sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan di dalam konstruksi secara keseluruhan. Jangan sampai hanya mutu bangunan dan furniturnya saja yang jempolan, tetapi pembuatan rambu-rambunya justru tidak diperhatikan,” jelas Paul yang fasih berbahasa Indonesia.
Disamping menjaga kualitas, faktor-faktor lain seperti kondisi cahaya, ukuran font, kecepatan, dan daya tarik juga dianggap Paul sebagai faktor penting dalam membuat tanda-tanda penunjuk ini.
“Misalkan, ketika membuat rambu yang dikhususkan untuk pengendara mobil, kita harus perhitungkan faktor kecepatan agar mereka tetap bisa melihat signage itu. Atau pertimbangkan masalah cahaya ketika menempatkan infografi di sebuah lorong, supaya dapat dilihat dari kejauhan.”
Dalam proses pembuatan signage sendiri, Paul menegaskan bahwa jiwa seni saja tidak cukup untuk menuntaskannya. Diperlukan komunikasi antar berbagai divisi yang terlibat supaya dapat tercipta hasil maksimal.
“Di Indigo ada pekerja yang mengurus masalah grafis ataupun arsitektur, dari situ kami expect mereka dapat saling mengerti dan bicara supaya dapat membuat signage yang oke,” terang Paul.
Selain berbicara seputar masalah teknis, Paul juga sempat mengomentari kualitas signage yang ada di Indonesia. Baginya, kreativitas yang ditampilkan sudah cukup baik, meskipun kualitas material dan konstruksinya masih rendah.
“Jakarta punya banyak desain infografis visual yang menarik, tapi sayang bahannya masih kurang bagus. Hanya dalam satu tahun sudah banyak yang rusak.”
Penulis : Gilang Fajar Septian
Editor: Christian Karnanda Yang
Foto: Angelina Rosalin