Untuk pertama kalinya, ASEAN Literary Festival (ALF), digelar oleh Yayasan Muara. Festival sastra rakyat yang berlangsung gratis ini diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 21-23 Maret 2014.
Beragam acara disuguhkan dalam festival ini. Ada diskusi seputar sastra bersama penulis, workshop, pertunjukan seni, pembacaan puisi, pameran buku, dan pojok komunitas. Acara ini pun menghadirkan para penulis dari Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN untuk berkumpul, berkontribusi, dan berbagi ide.
Negara-negara tersebut memiliki banyak kesamaan dalam hal sastra dan budaya yang tampak dari beberapa hal. Dapat dilihat dari sejarah masa penjajahan, demokratisasi, ekonomi, seni budaya, dan bahasa.
“ASEAN Literary Festival 2014 diselenggarakan agar menjadi wadah untuk penulis, seniman, dan masyarakat dari beberapa negara tersebut untuk mengenal satu sama lain lebih mendalam. Mereka dapat memperoleh rasa kesamaan identitas yang penting adanya untuk menyukseskan formasi komunitas negara-negara ASEAN di tahun 2015,” tegas Direktur ALF 2014, Abdul Khalik.
Tak hanya dari negara-negara ASEAN, penulis terkemuka dari negara lain seperti China, Belanda, dan Australia pun berpartisipasi dalam acara yang bertema Anthems for The Common People ini.
Tema dari acara ini terinspirasi dari puisi seorang sastrawan Indonesia dan aktivis pada masa Orde Baru, Wiji Thukul “Nyanyian Akar Rumput” atas dedikasinya dalam menyuarakan ketidakadilan. Berkaitan dengan puisi tersebut, festival ini diharapkan menjadi sebuah media bagi suara rakyat yang tak terdengar.
Dengan tema ini, ALF juga menjadi perhelatan untuk mendedikasikan penghargaan kepada Wiji Thukul. Ia adalah aktivis yang hilang pada masa jatuhnya Soeharto dan berakhirnya Orde Baru.
“Kami ingin menggelar lebih dari sekadar event. Kami ingin membangun sebuah tradisi yang akan hidup lebih lama dari kita semua dan kami harapkan juga agar bertahan hingga berabad-abad,” tambah Abdul.
Festival yang didukung oleh Hivos dan Departemen Luar Negeri Indonesia itu sendiri bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada para penulis, mendekatkan masyarakat dengan sastra, dan memperkaya wawasan masyarakat Indonesia dengan memperkenalkan bagaimana sastra dari negara lain.
[divider] [/divider] [box title=”Info”] Reporter: Ghina GhaliyaEditor: Sintia Astarina
Fotografer: Guido Caesar[/box]