JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Pesta pernikahan itu pun tiba. Antonio dan Helena sudah seharusnya bahagia, namun tak disangka Leonardo membawa lari mempelai perempuan ke tengah hutan. Suasana mencekam itu pun hadir saat Antonio berusaha mengejar dan menghabisi nyawa Leonardo malam itu juga.
Cerita “Pernikahan Darah” yang dipersembahkan oleh Teater Pandora ini dipenuhi dengan berbagai konflik menjelang pernikahan Antonio dan Helena. Mengusung tema adat budaya Sumatera Utara, komunitas teater yang didirikan di Universitas Indonesia pada 2014 ini mengadaptasi naskah karya Federico Garcia Lorca dengan pokok cerita konflik seorang pemuda bernama Antonio.
Ia ingin menikahi gadis bernama Helena, namun inang (ibu) Antonio masih terbayang suami dan anak pertamanya yang wafat karena dendam. Akhirnya, persiapan pernikahan pun perlahan berjalan sesuai rencana. Namun, konflik baru muncul di tengah persiapan pernikahan Antonio dan Helena dengan munculnya sosok seorang pria bernama Leonardo.
Walaupun sudah beristri, ia tidak dapat menerima kenyataan bahwa mantan kekasihnya, Helena, akan menikah dengan pria lain. Leonardo merupakan keturunan keluarga Felix, si pembunuh ayah dan kakak Antonio.
“Naskah Pernikahan Darah memberikan arti mendalam bagi saya. Sorotan sosok perempuan, megahnya perayaan, dan ironisnya kepergian yang dibalut menjadi satu tragedi,” ungkap pemimpin produksi sekaligus pemeran inang, Maharani Megananda yang dikutip dari booklet resmi pementasan.
Pernikahan pun akan segera dilaksanakan, tapi tiba-tiba Leonardo mengacaukan momen bahagia Antonio dan Helena. Suasana panas dan menegangkan sukses dihadirkan oleh para pemeran dalam beberapa adegan, termasuk saat inang Antonio mengetahui bahwa Helena pernah diperkosa oleh Leonardo. Pertengkaran pun tak terhindarkan dan menggantikan suasana pesta pernikahan.
Kentalnya adat Batak dalam dialog-dialog dan meriahnya pesta pernikahan memang membuat pementasan ini sukses membawa penonton sangat dekat dengan unsur budaya yang ingin ditonjolkan. Akan tetapi, suasana panas mencekam yang dihadirkan dalam beberapa adegan membuat penonton semakin merasakan konflik cerita ini.
Kepiawaan para pemain Teater Pandora mampu menghipnotis para penonton untuk larut dalam cerita. Mereka terlihat menghayati perannya masing-masing hingga membuat penonton merasa kesal ketika sang tokoh antagonis mulai memainkan perannya.
Untuk ketiga kalinya, Teater Pandora menggelar sebuah pementasan. Dalam seni pertunjukan tersebut, kisah percintaan yang kental dengan budaya Batak dikemas secara apik. Komunitas Teater Pandora menampilkan drama berjudul “Pernikahan Darah” dari 15 Januari 2016 hingga 17 Januari 2016. Pementasan pun berlangsung di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Penulis: Richard Joe Sunarta dan Natalia Setiawan
Editor: Lani Diana
Fotografer: Ignatia M. Adeline