JAKARTA, ULTIMAGZ.com — Pertunjukan drama musikal modern berjudul “Janji Toba” yang mengangkat cerita rakyat Batak, yakni kisah asal-usul danau toba digelar di Ciputra Art Preneur, Jakarta, Sabtu (29/8).
“Janji itu suci, sekali terucap akan tertanam di dalam hati,” begitulah bunyi salah satu dialog dalam pementasan “Janji Toba”.
Dengan arahan sutradara Paulus Simangunsong yang asli Batak, pertunjukan ini dikemas dalam durasi 1,5 jam. Drama musikal ini juga diperkaya oleh lantunan musik arahan tangan dingin Viky Sianipar selaku Music Composer dalam pementasan ini.
Alkisah, diceritakan seorang petani bernama Toba memancing sebuah ikan mas yang sangat besar. Ikan tersebut merupakan ikan terbesar yang pernah ia pancing seumur hidupnya. Namun sayang, di saat perutnya sudah kelaparan, ikan untuk makan itu hilang. Sempat terbesit di pikiran Toba bahwa ikan tersebut dimakan oleh kucing, tetapi alangkah kagetnya dia ketika seorang perempuan cantik memperkenalkan dirinya sebagai jelmaan dari ikan tersebut. Toba pun mengikat janji setia bersama dengan Tiomasna, nama dari perempuan itu.
Toba dan Tiomasna pun membuat sebuah janji. Toba tidak boleh menyebutkan kepada orang lain bahwa Tiomasna berasal dari jelmaan ikan. Begitu pula ketika mereka mempunyai anak. Toba tidak boleh mengatakan bahwa keturunan mereka adalah keturunan dari seekor ikan.
Betul saja, beberapa tahun menikah, mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang diberi nama Samosir. Ia tumbuh menjadi anak yang normal, tetapi tidak dengan nafsu makannya. Ia terus mengunyah seperti ikan. Suatu ketika, Toba pulang ke rumah, tetapi makanan sudah habis karena Samosir menghabiskan sampai tujuh piring makanan.
Toba tidak tahan lagi dengan keganasan perut putranya tersebut. Sampai pada suatu ketika, Toba pun emosi. Ia menghardik Samosir anak ikan. Seketika, petir pun menyambar, langit menjadi mendung dan desa tersebut dihantam badai dan gempa yang besar. Toba telah melanggar janjinya. Janji suci yang harusnya tak boleh dia ingkari. Desa tersebut lalu hancur tenggelam oleh air. Hanya Samosir yang tersisa, berada di bukit paling tinggi sambil meneriakkan nama ayah dan ibunya yang tak kunjung muncul.
Paulus Simangunsong mengaku puas dengan hasil kerjanya tersebut. Baginya, pentas ini merupakan sebuah kebanggaan dan tidak perlu waktu lama untuk menyanggupi permintaan posisi sutradara yang ditawarkan Banyu Wening Production.
“Saya merasa sangat beruntung karena didampingi oleh orang-orang hebat, seperti om Indro, bang Rony Dozer, juga Viky Sianipar. Ketika ditawari pementasan ini, saya langsung mengontak Viky karena saya yakin dia yang paling cocok, terlebih lagi dia batak,” ungkap Paulus.
Paulus mengatakan, pentas ini merupakan ajang untuk mempersatukan Indonesia. Meski ceritanya mengangkat cerita rakyat Batak, tetapi pemain dan pendukung di belakang layar merupakan kesatuan Indonesia.
“Saya orang Batak, istri saya orang Tionghoa. Bang Viky juga berasal dari Batak, istrinya orang Sunda. Produser yang mengumpulkan kami di sini berasal dari Jawa. Jadi saya berharap ini akan menjadi kolaborasi yang sangat menarik,” pungkasnya santai.
“Pokoknya, pesan saya buat penonton, sesuai dengan tema besarnya (Janji Toba). Kalau berjanji, tuntaskan, karena begitu sekali kau berjanji dan mengabaikannya, maka bencana akan datang,” tutup Paulus.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Ghina Ghaliya
Foto: Felix Nathaniel



