M. Afifuddin, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) mengeluhkan minimnya pendidikan politik terhadap masyarakat Indonesia. Hal inilah yang akhirnya menjadi kendala dalam memantau Pemilu. Hal ini diungkapkan Afifuddin dalam acara Diskusi Insiatif Pemantauan Masyarakat Pemilu 2014 di Bakoel Koffie, Cikini, yang diadakan oleh MataMassa.
Tak hanya itu, tantangan pemantauan Pemilu juga terlihat dari aspek lain. “Banyaknya lembaga survey membuat pemantauan tidak seseksi dulu. Sulit juga mengharapkan partisipasi masyarakat dalam memantau. Sukarelawan juga udah diambil sebagai tim sukses presiden,” tuturnya. Selain itu, support dari lembaga donor atau mitra dalam melakukan pemantauan pun minim.
Keluhan Afifuddin ini harusnya menjadi celah bagi pihak yang peduli untuk mendidik masyarakat. Anak muda adalah salah satu contohnya. Tujuannya agar dapat mengenal atmosfer Pemilu 2014, baik siapa saja calonnya, isu di baliknya, dan apa yang dibutuhkan Indonesia.
MataMassa merupakan program yang menjadi kerja sama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Transparency International Indonesia (TI Indonesia), Southeast Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI), dan beberapa media massa baik berskala nasional maupun majalah kampus.
MataMassa bisa menjadi salah satu program yang bisa digunakan para anak muda untuk lebih mengenal siapa saja calon pemimpin bangsa di ke depannya. Caranya, dengan melaporkan berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi selama masa kampanye hingga Pemilu nanti. Diharapkan, alternatif pendidikan politik bisa didapatkan dari program ini.
Editor: Sintia Astarina
Sumber gambar: klik di sini[/box]