JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Masih terngiang, betapa penguasa orde baru menutup rapat kebebasan demokrasi di Indonesia. Boleh saja pers dibungkam, aktivis pro-demokrasi dipenjara, hingga wakil rakyat sejati diturunkan, tapi siapa yang bisa melarang masyarakat untuk berkomedi?
Buku “Mati Ketawa Cara Dari Pada Soeharto” yang muncul di akhir rezim orde baru menjadi bukti keampuhan komedi yang tetap eksis meski kekangan otoriter penguasa begitu mendominasi. Isi buku tersebut sama sekali tak takut untuk menyajikan lelucon mengenai keluarga cendana dan antek–anteknya.
Bila melihat ke era sekarang ini, komedi kembali menjadi salah satu ujung tombak dalam mengomentari isu sosial dan politik negeri ini. Fenomena tersebut dapat dibuktikan dengan munculnya Stand Up Comedy, suatu jenis komedi yang akhir-akhir ini begitu popular di Indonesia.
Sama seperti berkembang di tempat asalnya, yakni Amerika Serikat, Stand Up di Indonesia kerap menjadikan isu sosial dan politik sebagai bahan lelucon. Dikemas secara kreatif, isu–isu tersebut bisa terasa lebih santai dan akrab dengan memberikan contoh terkait aktivitas masyarakat sehari-hari. Dalam Stand Up Comedy, seorang comedian atau yang akrab disebut komika akan membawakan sebuah adegan monolog yang dikemas dengan unsur humor di hadapan penonton.
Acara bertajuk “Jumat Keramat: A Stand Up Comedy Show” yang diselenggarakan oleh Transparency International Indonesia mengajak Stand Up Comedy Indonesia untuk bersama-sama mengampanyekan budaya antikorupsi. Acara tersebut berusaha untuk mengartikulasikan kampanye antikorupsi secara ringan dan mudah diperbincangkan oleh anak muda.
“Menertawakan diri sendiri lewat Stand Up Comedy bisa bikin kita lebih kena bahwa ternyata selama ini kita juga berbuat seperti para koruptor,” ujar Presiden Stand Up Comedy Indonesia, Awwe di Gelanggang Remaja, Jakarta Selatan, Jumat (11/12).
Ya, kampanye antikorupsi di kalangan anak muda memang masih jauh dari kata cukup. Kumpulan angka dari indeks korupsi, hasil laporan riset yang tebal, serta penyelidikan korupsi yang berkepanjangan justru membuat para anak muda enggan terlibat.
Namun demikian, lelucon segar yang dibawakan oleh komika, seperti Gilang Bhaskara, Arief Didu, Andi ‘Awwe’ Wijaya, Abdur Wijaya, Abdur Arsyad, Adriano Qalby, dan Muhadkly Acho mungkin bisa lebih mengakrabkan budaya antikorupsi pada generasi penerus bangsa.
Penulis: Petrus Tomy
Editor: Lani Diana
Fotografer: Petrus Tomy