• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, May 31, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Mendengar Seruan Laki-Laki Dalam Women’s March Jakarta 2019

by Maria Helen Oktavia
April 29, 2019
in Event
Reading Time: 3 mins read
Mendengar Seruan Laki-Laki Dalam Women’s March Jakarta 2019

Seorang laki-laki yang ikut menyuarakan aspirasi saat long march dari Hotel Sari Pasific, Sarinah hingga Taman Aspirasi dalam acara Women's March Jakarta 2019 pada Sabtu (27/04/2019). (ULTIMAGZ/Ergian Pinandita).

0
SHARES
1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Women’s March Jakarta (WMJ) yang menjadi sarana bagi pejuang kesetaraan gender untuk menyuarakan tuntutannya kembali dilaksanakan untuk yang ketiga kalinya pada Sabtu (27/04/19).

Melibatkan lebih dari 50 komunitas dan organisasi, ratusan orang berpartisipasi dalam pawai yang dimulai dari Parkiran Hotel Sari Pacific, Thamrin, hingga ke Taman Aspirasi Monumen Nasional (Monas). Kala aksi, beberapa perempuan bergantian menyampaikan aspirasi mereka untuk menjunjung keadilan.

Namun, tak hanya perempuan yang memperjuangkan kesetaraan kaumnya dalam acara ini, melainkan juga laki-laki yang turut menyuarakan pandangan mereka. Keterlibatan gender oposisi ini sekaligus menyuarakan betapa krusialnya kesetaraan ini sebagai isu bersama.

 

Ahsani Taqwiem. (Foto: ULTIMAGZ/Ergian)

Ahsani Taqwiem, Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia

Dari 10 hal yang dituntut oleh aksi ini, penolakan akan pernikahan dini menjadi fokus yang disuarakan Ahsani. Menurutnya, pernikahan dini menciptakan keterbatasan untuk menerima pendidikan bagi perempuan. Akibatnya, perempuan sendiri menjadi abai terhadap nilai kesetaraan yang semestinya didapat. 

“Pernikahan dini berdampak langsung terhadap pendidikan. Mereka yang menikah dini menjadi lebih fokus pada rumah tangganya dan kurang memikirkan perihal pendidikan,” ujarnya.

Menurutnya, masih banyak dominasi laki-laki atas perempuan dalam beragam aspek, misalnya adat yang berujung pada kurangnya penghargaan atas perempuan. Selain itu, keadilan gender tercapai saat manusia bisa merasakan kesenangan dalam hidup berdampingan tanpa ada dominasi dari salah satu gender.

“Pandanglah perempuan sebagai subjek, bukan objek,” pesan Ahsani.

 

Rastra Yasland. (Foto: ULTIMAGZ/Ergian)

Rastra Yasland, Aktivis

Rastra menggaungkan kembali RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang perjalanannya sudah sangat panjang, dimulai dari datanya dicari, dibuat, dirampung menjadi draft, hingga menjadi inisiatif DPR. Namun, sejak pertama digaungkan pada WMJ 2017, RUU PKS belum kujung disahkan.

“Banyak fokus-fokus lain, tetapi aku fokus di kekerasan seksual karena kita darurat banget, semua orang bisa jadi korban. Aku sebagai laki-laki dan banyak temanku dari berbagai identitas pun pernah jadi korban. Sudah saatnya kita fokus ke pencegahan dan perlindungan terhadap hak korban, serta memidana pelaku,” ungkap Rastra.

Menurut Rastra, tercapainya keadilan gender bukan hanya menguntungkan perempuan, tetapi juga bagi laki-laki.

“Keadilan gender sudah tercapai bila aku sudah bebas berekspresi dan gak ada gender rules lagi. Perempuan dan laki-laki feminin bisa mendapatkan akses dan go into politic. Ini bisa dimulai ketika tidak ada manusia yang dilecehkan,” tambahnya.

 

Zolanski. (Foto: ULTIMAGZ/Ergian)

Zolanski, Staf Komisi Nasional Perempuan

Sebagai seorang laki-laki dari keragaman gender dan minoritas seksual, Zolanski fokus pada tuntutan pemenuhan hak hidup yang nyaman dan aman khususnya bagi kaum minoritas seksual dan keragaman gender. Menurutnya, isu feminisme bukan hanya tentang perempuan versus laki-laki, melainkan juga tentang patriarki versus feminitas.

“Sebenarnya, yang diserang oleh patriarki bukan hanya perempuan secara biologis. Ada juga laki-laki feminin dan laki-laki penyuka sesama jenis, misalnya,” ujar Zolanski. “Mereka juga teman-teman yang menghadapi diskriminasi patriarki itu.”

Selain itu, ia juga ingin menunjukkan visibilitas dan orientasinya melalui Women’s March. Di hari-hari lainnya, ia merasa akan mendapatkan diskriminasi, persekusi, juga ketidakamanan dalam menunjukkan identitasnya sebagai laki-laki heteroseksual.

Baginya, keadilan gender bukan semata antara laki-laki dan perempuan saja, melainkan keadilan bagi semua orang tanpa memperhatikan identitas gender maupun status kesehatan.

“Feminisme intinya memberikan hak yang sama, walaupun tidak serupa, bagi semua orang,” ucapnya.

 

Penulis: Maria Helen Oktava

Editor: Ivan Jonathan

Foto: Ergian Pinandita

Tags: wmjktWomen's March
Maria Helen Oktavia

Maria Helen Oktavia

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Finalis Mr. & Ms. UMN 2019 Diharapkan Jadi Cermin Civitas UMN

Finalis Mr. & Ms. UMN 2019 Diharapkan Jadi Cermin Civitas UMN

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021