SERPONG, ULTIMAGZ.com – Project Multatuli rayakan ulang tahunnya yang kedua di Erasmus Huis, Jakarta Selatan pada Sabtu, 3 Juni 2023. Acara perayaan ulang tahun itu menyuguhkan pemutaran film, pementasan budaya, dan diskusi publik.
Acara dibuka dengan pemutaran film dokumenter pendek yang bertajuk “Wisisi Nit Meke”. Film berdurasi 36 menit itu menceritakan tentang warga pinggiran dari Papua yang mengembangkan musik elektronik menjadi genre yang baru khas di Papua.
Baca juga: COMMPRESS 2022 Unjuk Tema Hak Kebebasan Jurnalis di Seminar Pembuka
Dalam “Wisisi Nit Meke”, diperlihatkan beberapa musisi yang merangkai genre lagu elektronik dengan alat musik tradisional Papua, pesek. Dengan menggabungkan elemen modern dan tradisional, ternyata hal itu disukai dan diterima warga Papua akibat paduan musiknya yang unik.
Setelah pemutaran film, acara kedua dimulai yaitu pertunjukan teater dan diskusi publik yang bertajuk “Gerilya Media Mungil Mengawasi Kekuasaan yang Ugal-Ugalan dan Corong Suara Mereka yang Dipinggirkan”. Acara dibuka dengan sambutan dari Head of Political Affairs Netherlands Embassy Maresa Oosterman, Political Counsellor of Canada Richard Le Bars, dan Direktur Eksekutif Project Multatuli Evi Mariani.
“Tahun ini topik kami menyoroti tentang bagaimana pers bisa menguasai kekuasaan yang ugal-ugalan,” ucap Evi dalam kata sambutannya.
Diskusi publik diisi oleh beberapa pembicara seperti Pemimpin Redaksi Sinar Pidie Firdaus Yusuf, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Akademisi Hukum Bivitri Susanti, dan Redaktur Pelaksana Project Multatuli Ronna Nirmala.
Sesi diskusi memfokuskan topiknya seputar pemilu 2024 yang bentar lagi tiba di Indonesia. Para pembicara membahas peran media menjelang dan saat pemilu.
Ada pula pementasan dari Teater Kinrohosi dan Hikayat Tolak Bala. Cerita teater itu menceritakan pada masa penjajahan Jepang yang menjarah harta dan kekayaan rakyat Flores, termasuk kain tenun khas Flores.
Cerita juga memperlihatkan masa sekarang, di mana harta bumi di Flores yang selalu dikeruk oleh oknum-oknum membuat rakyat resah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa para penguasa tidak menggubris rakyat kecil yang suaranya tidak didengar oleh pemerintah.
“Suara rakyat kecil bagai barang dagang. Mereka jual suara kita untuk membeli suara rakyat,” ucap Nenek dalam drama oleh Hikayat Tolak Bala yang sudah menenun kain khas Flores selama 100 tahun lebih.
Setelah itu, para hadirin diberikan makan malam dan diikuti seremoni potong kue ulang tahun untuk Project Multatuli yang telah dua tahun berdiri.
Sebelum ditutup, acara turut dimeriahkan dengan penampilan musik dari Wage dari Lombok, aksi stand up comedy atau komedi tunggal oleh Efi SH, karaoke bersama, dan sesi kuis berhadiah menarik.
Penulis: Aqeela Ara
Editor: Alycia Catelyn
Foto: Aqeela Ara