JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Proses pembuatan novel berjudul Sabtu Bersama Bapak merupakan karya yang paling dekat di hati bagi sang penulis, Adhitya Mulya . Hal itu ia katakan saat diskusi ‘Sabtu Bersama Bapak’ di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Minggu (14/2).
“Novel ini mengesankan karena dibuat saat saya memiliki keluarga dan menjadi seorang bapak. Dulunya kan masih jomblo he-he-he,” kata Adhitya sembari terkekeh.
Baginya, novel yang ditulis selama dua tahun ini memiliki tiga bagian yang paling mengesankan. Bagian tersebut menyuguhkan bagaimana Gunawan sebagai suami dari Itje serta dua anaknya Satya dan Cakra menghadapi kematian.
“Jujur saat saya menulis di tiga bagian tersebut, saya menangis. Gunawan mengatakan kepada kematian bahwa ia tidak takut,” tambahnya.
Ia menyatakan, terdapat beberapa adegan dalam film Sabtu Bersama Bapak yang tidak memvisualkan persis seperti cerita dalam novel. Film tersebut direncanakan akan rilis pada 2016 ini.
“Di dalam film, insyafnya Satya ada di belakang karena untuk menaikkan unsur drama,” tuturnya.
Diangkat menjadi film
Ketika novel baru diterbitkan selama dua hingga tujuh hari, Adhitya lantas bertemu dengan sutradara Monty Tiwa di Cilandak Town Square. Maksud pertemuan tersebut adalah agar Monty bersedia menjadi sutradara film Sabtu Bersama Bapak yang diangkat dari novel tersebut.
“Saya meminta Monty karena percaya denganya dan susah mencari sutradara sepertinya,” ujar bapak dua anak ini.
Novel tersebut, menurut Monty, menarik untuk dijadikan sebuah film lantaran ada pesan yang harus disampaikan. Nantinya, film tersebut lebih menyuguhkan apa yang terjadi di balik kisah Gunawan bersama keluarganya. Monty pun merasa beruntung dapat mengadaptasi film Sabtu Bersama Bapak.
“Penulis seperti Adhit tuh rezeki dan buat saya stres karena berbeda ketika kita dapat suatu materi yang harus diterjemahkan dalam film. Kita akan memperlihatkan ekspresi dan emosi Gunawan,” papar Monty yang juga menjadi sutradara Laskar Pemimpi ini.
Selain itu, Acha Septriasa dan Arifin Putra yang menjadi pemeran dalam film tersebut mengharapkan antusias tinggi dari masyarakat untuk menonton, khususnya remaja dan orangtua.
“Saat gue baca skenarionya, ada sebuah ketulusan dari Adhitya. Film ini bercerita dari hati. Semoga film ini mampu menyentuh penonton,” kata Arifin.
Penulis: Christoforus Ristianto
Editor: Lani Diana
Fotografer: Aditya Bhagas