JAKARTA, ULTIMAGZ.com — “Dunia ini bulat adanya, tetapi manusia terlalu gemar mengkotak-kotakan,” sebuah penggalan dialog itu merupakan dialog pembuka dari drama musikal Gemuruh persembahan Jakarta Movement of Inspiration (JKTMOVEIN) di Taman Ismail Marzuki, Minggu (16/8).
Drama musikal yang berdurasi sekitat dua jam ini meceritakan kisah empat klan yang tinggal bersama dalam sebuah tempat yang disebut Samasta. Keempat Klan tersebut di antaranya, Sikara, Aruna, Tranggana, dan Balin. Keempatnya saling bersiteru karena memiliki kepercayaan dan gaya hidup yang berbeda.
Sikara merupakan klan pemuja matahari. Mereka berambisi unruk mengadakan pembangunan di Samasta dengan kekuatannya. Sedakan Aruna adalah klan pemuja bulan yang berniat menjaga perdamaian antar klan.
Lalu, Tranggana adalah klan pemuja bintang yang selalu ingin memberikan pencerahan bagi seluruh warga Samasta. Dan Balin yang merupakan klan pecinta bumi ini yang selalu ceria dan memiliki tekad untuk membuat seluruh warga Samasta bahagia.
Kisah dimulai ketika keempat klan tersebut mengahadapi ancaman yang sama. Gunung Mandira yang menjadi sumber kehidupan bagi mereka akan meletus dalam 699 tahun sekali dan menghancurkan ekosistem yang ada. Dari peristiwa tersebut, perwakilan dari masing-masing klan berkumpul untuk merencanakan pembangunan Samasta kembali. Namun, keinginan itu ditolak oleh Svara dan Beno, sang kepala klan Sikara dan Balin yang pesimistis mempersatukan keempat klan tersebut karena banyaknya perbedaan.
Setelah penolakan itu, terjadilah sebuah perang antar klan. Namun, perang tiba-tiba terhenti karena Gunung Mandira kembali meletus. Dalam masa sulit tersebut, akhirnya mereka menyadari bahwa perbedaan justru dapat membuat mereka bertahan hidup dan bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi.
Pertunjukan ini ditutup dengan aksi para pemain yang membawakan lagu berjudul Sambutlah Perbedaan. Nilai persatuan yang diangkat dalam drama musikal ini adalah untuk mengingatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki oleh Indonesia.
“Tuhan menciptakan perbedaan dengan satu tujuan,” ujar sutradara, founder dan produser Gemuruh Nurul Nusantono dalam konferensi pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, Kamis (6/8).
Reporter : Aydina Chandra, Editor: Ghina Ghaliya
Fotografer : Fransisca Theodora