JAKARTA, ULTIMAGZ.com — Apa yang terjadi bila tiga musisi yang terkenal dengan musik romantik berkolaborasi dalam satu konser? Yap, siapa tak kenal karya dari Glenn Fredly, Sandhy Sondoro dan Tompi? Bila Anda membayangkan konser ini akan penuh dengan lagu cinta nan romantis maka salah besar.
Dalam konser Trio Lestari Musical Show 2014 yang digelar 6 Desember lalu di Mal Kota Kasablanka, penampilan dari tiga pria ini justru terlihat berbeda.
“Ya, suasana romantis seperti itu cukup ada saat konser pribadi kami saja,” ujar Glenn Fredly saat konferensi pers usai acara.
Ketiga musisi ini memang memiliki latar belakang dan semangat bermusik yang berbeda, namun semua itu bisa bersinergi dengan baik saat mereka tampil satu panggung. “Sebenarnya persamaan kita bertiga adalah kita ingin membawa Indonesia ke arah yang lebih maju, ” ujar Sandhy Sondoro.
Trio Lestari juga berkolaborasi dengan tiga musisi lain yaitu Saykoji, Raffi Daeng, dan Jamaica Cafe. Dalam konser bertema “Sejarah Musik Indonesia” ini penonton diajak untuk melihat perkembangan musik Indonesia dari tahun 1945 hingga sekarang. Setiap fase diwakili dengan lagu-lagu yang terkenal pada tahun-tahun tersebut.
Konser dimulai dengan lagu Nurlela yang sebelumnya dinyanyikan oleh almahrum Bing Slamet. Lalu ditutup dengan single terbaru album Wangi, yaitu Gelora Cinta.
MENGOCOK PERUT PENONTON
Tidak hanya bernyanyi, pada konser ini Trio Lestari sukses mengocok perut penonton dengan guyonan ala mereka, mulai dari saling meledek, hingga menyinggung permasalahan politik saat ini. Tema dialog yang biasa kita dengar di warung kopi pun disampaikan oleh ketiga musisi tersebut dengan elegan di atas panggung.
“Apa yang kita bicarakan mungkin orang sudah bosan mendengarnya, harapan kami tidak hanya menertawakan tetapi penonton bisa merefleksikan kejadian tersebut,” ujar Tompi.
Harga tiket dalam konser ini terbagi dalam lima kelas, mulai dari kelas provinsi seharga 500 ribu hingga kelas RT/RW dengan harga 2 juta rupiah. Namun, harga tiket yang terbilang cukup mahal ini rupanya tidak menghalangi antusiasme penonton.
“Kami beruntung memiliki penonton yang mau membeli tiket dengan harga yang mahal, tetapi di satu sisi kami lihat keinginan penonton untuk menjadi tahu apa yang menjadi pesan kami itu tidak hilang,” ujar Glenn Fredly.
“Apa yang kita bicarakan mungkin orang sudah bosan mendengarnya, harapan kami tidak hanya menertawakan tetapi penonton bisa merefleksikan kejadian tersebut,” ujar Tompi
WANGI, RILISAN ALBUM PERDANA
Dalam konser ini mereka juga memperkenalkan album perdana yang berjudul Wangi. Album ini sendiri hanya dirilis 1000 keping pertama. Bila sebelumnya hanya terkenal senang membawakan lagu orang lain, album Wangi ini menjadi album perdana mereka berkarya dalam satu grup vokal.
Ada 9 buah lagu dalam album ini. Salah satu lagu yang menarik yaitu lagu Nurlela yang merupakan lagu ciptaan Bing Slamet. Mereka mengemas lagu ini menjadi lagu yang sesuai dengan ciri khas mereka. Di luar itu, semua lagu dalam album ini merupakan karya mereka.
“Album ini kami persiapkan selama dua bulan dengan bantuan dari teman-teman kami sendiri,” ujar Tompi.
Seluruh lagu dalam album ini diaransemen oleh Yudhistira Arianto yang sebelumnya terkenal sebagai keyboardis dari band Gruvi. Tidak hanya berisi lagu-lagu cinta, mereka juga mengisi album ini dengan lagu dengan tema berbeda, yakni seperti lagu Indonesiaku yang menggambarkan pandangan para personil mengenai negeri Indonesia. Ada satu lagi lagu menarik dalam album ini, yaitu Lala Song yang berisi suara hati mereka untuk wakil rakyat.
Dalam album ini, mereka juga berkolaborasi dengan musisi dari genre yang berbeda yaitu Saykoji yang terkenal sebagai musisi bergenre hip-hop dalam lagu berjudul Kamu Kenapa Sih?. Album ini sendiri ditujukan untuk fans setia Trio Lestari yang hadir pada Trio Lestari Show Musical Concert 2014. Pada malam itu, album ini hanya dijual 1000 keping sebelum nantinya diedarkan pada 2015.
“Album ini kami harapkan bisa menjadi kontribusi bagi musik Indonesia bisa menggairahkan lagi bagi musik Indonesia,” pungkas Tompi.
Reporter: Arnoldus Kristianus
Editor: Ghina Ghaliya, Annisa Meidiana
Fotografer : Michael Andrew