• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, June 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Unsur Lokal Sebagai Konsep, Inovasi Local Brand dalam Bisnis

by Ultimagz Archive
March 13, 2016
in Event
Reading Time: 2 mins read
Unsur Lokal Sebagai Konsep, Inovasi Local Brand dalam Bisnis

Pengunjung yang sedang melihat produk MATOA di Pop Up Market 2016, Minggu (13/3) di Lotte Shopping Avenue.

0
SHARES
482
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Terbukanya peluang bisnis di Indonesia sejak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis lokal. Apalagi untuk membangun bisnis baru dan local brand, yang tak hanya bersaing dengan bisnis dalam negeri, namun juga dengan brand internasional. Namun, konsep yang inovatif merupakan kunci penting dalam membangun bisnis merek lokal yang sukses, bahkan mendunia.

Pada acara Pop Up Market di Lotte Shopping Avenue, Minggu (13/3), satu merek lokal yang berhasil menarik perhatian masyarakat adalah MATOA. MATOA merupakan merek jam tangan yang terbuat dari kayu. Berawal dari tweet Dino Patti Djalal yang saat itu menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, founder MATOA Lucky Danna Aria tertantang untuk menciptakan jam tangan kayu dari Indonesia.

“Pak Dino sempet nge-tweet, pakai jam kayu merek asing yang harganya lumayan mahal. Dia menantang, anak bangsa ada nggak yang bisa bikin kayak gini,” jelas Aldi selaku marketing MATOA.

Salah satu model jam tangan kayu ala MATOA yang dipamerkan dalam acara Pop Up Market, 10-13 Maret 2016.
Salah satu model jam tangan kayu ala MATOA yang dipamerkan dalam acara Pop Up Market, 10-13 Maret 2016.

Sejak melakukan riset di tahun 2011, MATOA kini menjadi merek jam tangan kayu pertama asal Indonesia. Dengan menggunakan bahan kayu maple Kanada dan kayu bone Makassar, MATOA dibuat untuk para masyarakat urban yang ingin memiliki jam tangan yang simpel dengan analog klasik.

Unsur Lokal Sebagai Konsep

Di tengah persaingan dengan merek luar, MATOA membuat konsep dengan memanfaatkan nama-nama pulau di Indonesia untuk produknya. Nama MATOA sendiri berasal dari nama kayu asal Papua. Dengan harga Rp980.000 hingga Rp1.100.00, MATOA kini telah diekspor sampai ke Jepang, Hongkong, Beijing, bahkan beberapa negara di benua Eropa dan Amerika.

“Pesen dari founder kita, Lucky, kalau mau unggul itu carilah market yang belum ada. Gimana caranya angkat unsur lokalnya banget. Persaingan di dunia fashion sekarang semua sikut-sikutan. Makanya, cobalah menginovasi sesuatu yang beda dari yang lain,” kata Aldi.

Tak hanya MATOA, clothing line Footurama juga menjadi merek lokal yang ada di Pop Up Market, dengan unsur lokal sebagai konsepnya. Dengan tema City Series, Footurama menghadirkan kaus dengan tulisan nama-nama jalan di Indonesia, seperti Glodok, Blok M, Cikini, hingga Seminyak dan Dago.

“Kita pengen bikin nama jalan yang lebih ada meaning dan culture-nya. Untuk nama jalan Senayan itu kita kolaborasi sama skaters tahun 90an,” jelas Mogi selaku supervisor Footurama.

Koleksi T-Shirt City Series dari Footurama dengan berbagai nama jalan khas Indonesia.
Koleksi kaus City Series dari Footurama dengan berbagai nama jalan di Indonesia.

Untuk dapat sukses di bisnis clothing, Footurama menganggap bahwa hal utama yang harus dikedepankan adalah konsep. Meski menghadirkan jenis kaus yang simpel, Footurama tetap melihat adanya peluang bagi mereka lewat konsep nama jalan yang dipilihnya. “Walaupun cuma kaus dengan tulisan nama-nama jalan, kalau konsepnya bisa menangin market yang kita tuju, itu bakal berhasil, sih,” kata Mogi.


Tantangan dari Dalam Negeri

Mendirikan merek lokal di Indonesia pun tak lepas dari tantangan. Aldi mengaku perhatian masyarakat terhadap merek lokal masih kurang. “Kayak di kota-kota gede, masyarakatnya masih pada pake brand luar,” jelasnya.

Tak hanya dari segi minat masyarakat Indonesia, menjaga kestabilan dari produk juga merupakan suatu tantangan. Apalagi mengingat perlunya mempertahankan kualitas yang baik dan layak jual. “Buat brand-nya gampang, mempertahankannya yang susah. Semoga Footurama bisa berkepanjangan dan ada terus,” ujar Mogi.

MATOA dan Footurama merupakan dua dari puluhan merek lokal yang menjadi bagian dari Pop Up Market 2016. Dengan diadakannya Pop Up Market, merek lokal diharapkan memiliki wadah untuk mengenalkan dan menjajakan produknya agar lebih menjangkau masyarakat.

Penulis: Agustina Selviana

Editor: Alif Gusti Mahardika

Foto: Evelyn Leo

Tags: 2016bisniseventfooturamaIndonesiajakartaJam tangan matoalocal brandMATOAMatoa watchmerek lokalpop up marketPop Up Market 2016Pop up market 2016 matoaPop up market santa feultimagz
Ultimagz Archive

Ultimagz Archive

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Gathering Pajamas Party, UKM Qorie Gunakan Function Hall untuk Pertama Kalinya

Gathering Pajamas Party, UKM Qorie Gunakan Function Hall untuk Pertama Kalinya

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021