• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, July 25, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Film

“Loving Vincent”, Biar Cat Minyak yang Bercerita

Rizky Azzahra by Rizky Azzahra
February 14, 2022
in Film, Hiburan
Reading Time: 3 mins read
Vincent Van

Visualisasi Vincent Van Gogh dalam "Loving Vincent" (Foto: adobomagazine.com)

0
SHARES
628
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“What am I in the eyes of most people – a nonentity, an eccentric or an unpleasant person – somebody who has no position in society and never will have, in short, the lowest of the low.” -Vincent Van Gogh, “Loving Vincent” (2017)

SERPONG, ULTIMAGZ.com — Menceritakan tahun terakhir seorang maestro besar dalam dunia seni lukis, “Loving Vincent” akan mengenalkan dunia yang dilihat Vincent Van Gogh lewat animasi cat minyak. 

Konsep uniknya membuat film ini menjadi animasi pertama di dunia yang menggunakan lukisan tangan selama keseluruhan adegan. Melansir dari afp.com, membutuhkan 65 ribu potong gambar bergaya khas Vincent secara keseluruhan dengan waktu pengerjaan 6 tahun dan 125 seniman untuk mengemas keseluruhan film berdurasi 93 menit tersebut.

Meskipun mengisahkan mengenai kehidupan sang pelukis asal negeri Belanda, film ini tidak diawali dengan perjalanan kariernya seperti kebanyakan film biografi. Dilatarkan pada satu tahun setelah kematian Vincent Van Gogh, “Loving Vincent” dimulai dengan anak seorang pengantar surat bernama Armand Roulin (Douglas Booth) yang diminta sang ayah untuk mengantarkan pesan terakhir Vincent Van Gogh untuk kakaknya, Theo Van Gogh. Armand mengerti jika sang ayah Joseph Roulin (Chris O’Dowd) berteman dengan Vincent. Namun, menurutnya mengantarkan surat dari orang yang telah meninggal setahun lalu merupakan perbuatan sia-sia yang hanya akan membuang waktunya.

Armand Roulin di sebuah cafe dalam lukisan “The Night Cafe” (Foto: Imbd.com)

Walaupun begitu, Armand tetap menjalankan tugas yang diberikan sang ayah dan berangkat untuk mengirimkan surat kepada Theo. Dalam perjalanan, Armand bertemu dengan beberapa orang yang mengenal sang maestro. Hal ini mengubahkan pikirannya mengenai sosok Vincent. 

Setelah bepergian dari Paris untuk mengenal sosok pemilik pesan yang ia bawa, Armand menuju Auvers-sur-Oise, kota yang terletak di Utara Paris dan tempat Vincent  bunuh diri dengan tembakan di perutnya pada 27 Juli 1890. Vincent pun meninggalkan kenangan bagi orang-orang yang Vincent lukis pada tahun-tahun terakhirnya.

Disutradarai oleh Dorota Kobiela dan Hugh Welchman bersama dengan Jacek Dehnel, cara pengisahan “Loving Vincent” dibuat seolah Armand sebagai tokoh utama. Film berputar pada Armand mengumpulkan kepingan-kepingan misteri mengenai sosok Vincent Van Gogh yang sebenarnya. Pada beberapa adegan, film ini mengambil lukisan asli Vincent sebagai latar sehingga membuat film terkesan eksklusif dan unik.

“Loving Vincent” bukanlah film yang bergerak dengan cepat, melainkan tenang dan terkesan datar. Pada awal film pun, Kobiela dan Welchman terkesan kebingungan untuk membawa alur yang akan disampaikan. Bagi sebagian orang, tipe film seperti ini mungkin membosankan dan kurang memuaskan karena puncak konflik dibiarkan terbuka dan menjadi misteri. 

“Loving Vincent” juga mengisahkan karya milik Vincent yang dipengaruhi oleh kesehatan mental sang pelukis. Gaya melukisnya yang terkenal pun dimulai saat ia dirawat di rumah rehabilitasi di Auvers-sur-Oise. 

Namun, ‘sakit’ yang diderita Vincent tidak hanya pada mentalitas sang pelukis. Namanya juga terkenal karena kegilaannya memotong telinga kanannya sendiri. Lukisan indahnya pun menggambarkan kehidupan yang menyedihkan sampai akhir hayat.

Memadukan fakta sejarah dengan plot fiksi yang terjadi di kehidupan Vincent Van Gogh, film ini termasuk sukses menyampaikan pesan mengenai kehidupan sang pelukis. Lalu, membuat para penonton merasa miris akan Vincent yang karyanya baru diapresiasi setelah kematiannya.

“Loving Vincent” sendiri merupakan sebuah film yang dirilis pada 2017 dan berhasil masuk nominasi di acara penghargaan bergengsi Oscar pada 2018. Film ini memenangkan ‘Audience Award’ pada perilisannya di the Annecy International Animation Film Festival,  Prancis dan ‘Best Animation Award’ pada Shanghai International Film Festival. 

 

Penulis: Rizky Azzahra Rahmadanya

Editor: Vellanda 

Foto: adobomagazine.com, imbd.com

Sumber: afp.com, lovingvincent.com, imdb.com, vangoghmuseum.nl

Tags: filmrekomendasiSeni LukisVincent Van Gogh
Rizky Azzahra

Rizky Azzahra

Related Posts

Jacob Collier dalam acara BNI Java Jazz Festival 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Hiburan

Jacob Collier Tampil Memukau di Java Jazz Festival 2025 Setelah 9 Tahun

July 16, 2025
Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

July 16, 2025
Ilustrasi seorang wanita menonton film di waktu rehatnya. (freepik.com)
Film

Pelukan Dalam Bentuk Film: Teman Menonton Saat Dunia Terasa Berat

July 16, 2025
Next Post
film-akhirat-a-love-story (ULTIMAGZ)

"Akhirat: A Love Story" Bagikan Pandangan tentang Cinta Tanpa Syarat

Comments 3

  1. binance register says:
    3 months ago

    Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.

    Reply
  2. вдкрити акаунт на бнанс says:
    5 months ago

    Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

    Reply
  3. b"asta binance h"anvisningskod says:
    7 months ago

    I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article. https://accounts.binance.com/id/register?ref=GJY4VW8W

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021