SERPONG, ULTIMAGZ.com – Frankenstein (2025) merupakan salah satu film terbaru garapan Guillermo del Toro yang mengangkat kisah novel legendaris Mary Shelley. Uniknya, sutradara yang kerap disapa dengan GDT tersebut berhasil memberikan penafsiran baru terhadap kisah klasik ini.
Mengambil latar 1857, film dimulai dengan Kapten Anderson (Lars Mikkelsen) yang menemukan Victor Frankenstein (Oscar Isaac) sekarat di tengah badai Arktik. Sang kapten akhirnya menyadari bahwa ia sedang kabur dari makhluk menyeramkan hasil ciptaannya (Jacob Elordi). Victor pun mulai menceritakan awal mula kisah penciptaannya dalam mewujudkan ambisi untuk mengalahkan kematian.
Baca juga: Moon Knight dan Representasi Kesehatan Mental di Serial Pahlawan Super
Ambisi ini muncul ketika Victor masih kecil, setelah ibunya meninggal saat melahirkan sang adik, William (Felix Krammer). Setelah menjadi ahli bedah, Victor bertemu dengan Heinrich Harlander (Christoph Waltz), paman dari Elizabeth (Mia Goth), tunangan William. Heinrich mendukung penuh ambisi Victor, bahkan bersedia untuk membiayai eksperimennya. Bantuan inilah yang membantu Victor merealisasikan keinginannya, yaitu untuk menghidupkan orang mati.
Kisah Frankenstein umumnya akan menampilkan sosok monster yang menyeramkan dan brutal. Namun, paruh kedua film akan menunjukkan sisi lain dari sang monster yang lemah, rapuh, dan berusaha untuk memahami eksistensi diri. Melansir nytimes.com, film ini menyoroti kemampuan GDT dalam menunjukkan karakteristik kehidupan yang kejam sekaligus indah.
Film ini juga menghadirkan sosok monster baru, berbeda dari film-film sebelumnya yang menampilkan monster bertubuh hijau dengan banyak baut dan jahitan. Sang pembuat kostum, Mike Hill, ingin menunjukkan bahwa The Creature merupakan makhluk ciptaan tangan manusia, dilansir dari usatoday.com. Del Toro juga mengaku terinspirasi dari dialog cerita pada 1818 yang menunjukkan bahwa sang makhluk diciptakan dengan anggota badan proporsional dan fitur muka yang menarik.
Baca juga: “Demon Slayer: Infinity Castle” Ceritakan Pertempuran Para Hashira Melawan Muzan
Selain memberikan nilai kehidupan yang dalam, Frankenstein juga menampilkan visualisasi secara indah dan memanjakan mata. Alunan musik latar garapan Alexandre Desplat juga memperkuat emosi dan kemegahan kisahnya. Melansir idntimes.com, film ini diproduksi dengan anggaran sebesar 120 juta dolar Amerika Serikat, menjadikannya salah satu produksi termegah Netflix pada 2025.
Alih-alih menampilkan kengeriannya, Frankenstein justru menampilkan sosok monster yang kesepian dan mencari kasih sayang. Selain itu, film ini juga menampilkan nilai moral yang mendalam tentang kemanusiaan dan arti kehidupan. Jika Ultimates penasaran dengan film Frankenstein, Ultimates dapat menonton trailernya di bawah ini.
Penulis: Celine Valleri
Editor: Jessie Valencia
Foto: fangoria.com
Sumber: forbes.com, nytimes.com, idntimes.com, usatoday.com, elle.com





