“Karena akal yang mengendalikan seorang diri, adalah kekuatan yang mengikat. Dan perasaan yang tak diawasi, adalah nyala api yang membakar pada kerusakan dirinya.”
-Kahlil Gibran
SERPONG, ULTIMAGZ.com – Apakah Ultimates menyukai puisi dan filosofi secara bersamaan? atau Ultimates tertarik untuk merenungi puisi pada kutipan di atas lebih dalam? Jika iya, maka buku Sang Nabi karya Kahlil Gibran merupakan literatur yang tepat untuk diresapi. Melansir suara.com, karya Kahlil Gibran ini pertama kali terbit pada 1923 dengan judul The Prophet, menjadi salah satu kumpulan prosa-puisi yang telah hadir selama satu abad.
Buku Sang Nabi menceritakan pengalaman seorang lelaki bernama Al-Mustafa yang berarti ‘terpilih’. Al-Mustafa sedang menanti sebuah kapal di kota Orphalese selama 12 tahun untuk datang menjemput dan membawanya pulang kembali ke pulau asalnya.
Baca juga: Hikayat Kebo Sajikan Berita dalam Cerita
Namun, ketika kapal yang dinantikannya telah tiba, Al-Mustafa merasa sedih karena harus meninggalkan orang-orang dan para tetua yang ia kenal baik. Mereka pun menanyakan berbagai pertanyaan dan memintanya untuk menyampaikan filosofi perihal kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terkumpul rangkaian nasihat dan filosofi puitis yang disampaikan oleh Al-Mustafa menjadi rangkuman Sang Nabi.
Sang Nabi berhasil menarik perhatian publik dengan menyajikan beberapa konsep variatif dalam satu buku. Berawal dari romantisme cinta, menuju ajaran terkait kebijaksanaan, spiritualitas yang universal, hingga renungan mistis mengenai alam. Pengemasan kata-kata puitisnya menjamin para pecinta sastra untuk menikmati setiap bait yang mengalir menjadi satu cerita yang utuh, dilansir dari Perpustakaan.kasn.go.id.
Penerbit Alfred A. Knopf berhasil menjual sebanyak 1.159 dari total 2.000 eksemplar cetakan pertama. Penjualan bertambah di tahun-tahun berikutnya hingga mencapai satu juta eksemplar pada 1957 dilansir tirto.id.
Karya besar ini akan terus relevan sepanjang waktu karena relevan bagi mereka yang sedang beranjak dewasa. Perkataan Sang Nabi yang dituangkan dalam buku ini akan membantu Ultimates dalam menghadapi masalah-masalah variatif dalam perkembangan tersebut. Pesan yang diberikan akan menjadi petunjuk di dunia nyata dan menjadikannya hakikat-hakikat kehidupan yang berarti.
Baca juga: The Myth of Sisyphus: Menemukan Makna dalam Absurditas Kehidupan
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia.
Walau jalannya sukar dan curam.
Apabila sayapnya memelukmu, menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu,
dan kalau dia bicara padamu, percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
– Al-Mustafa
Petikan tersebut merupakan salah satu jawaban dari Al-Mustafa kepada pertanyaan Almitra, salah seorang Orphalese yang bertanya mengenai hakikat cinta. Apakah Ultimates cukup tersentuh dan merasa tertarik oleh petikan puisi melankolis tersebut untuk membaca seluruh isi buku Sang Nabi?
Penulis: Jemima Anasya R.
Editor: Kezia Laurencia
Sumber: Tirto.id, Suara.com, Perpustakaan.kasn.go.id
Foto: Bukuimpor.com