SERPONG, ULTIMAGZ.com – Penyebaran informasi di media sosial sering kali diiringi dengan kabar yang tidak akurat. Misinformasi dan disinformasi kerap menjadi tantangan dan berpotensi menimbulkan keresahan publik.
Misinformasi adalah informasi salah atau tidak akurat yang disebarkan secara tidak sengaja kepada publik. Mengutip bbc.co.uk, misinformasi terjadi ketika seseorang mengambil sebuah peristiwa, fakta, atau berita di luar konteks sehingga informasi yang dibagikan keliru. Contohnya, informasi mengenai khasiat bawang putih yang akan lebih cepat menyembuhkan dengan cara diminum. Padahal, walaupun bawang putih memang memiliki khasiat untuk kesehatan, belum ada penjelasan ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
Baca Juga: Hoaks Menyebar di UMN, Kampus Minta Jaga Keamanan dan Waspada
Berbeda dengan misinformasi, disinformasi justru dibuat secara sengaja untuk menipu atau memengaruhi opini publik. Sebuah informasi palsu (fabricated) diproduksi dan disebarkan dengan tujuan tertentu.
Biasanya, disinformasi dibuat untuk merugikan pihak lain atau memperoleh keuntungan, dilansir dari liputan6.com. Contohnya, sebuah postingan palsu mengenai gempa susulan berkekuatan besar yang disebut akan terjadi berkali-kali di sebuah daerah. Setelah ditelusuri lebih lanjut, informasi tersebut ternyata tidak benar dan sengaja dibuat untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Kedua bentuk informasi keliru ini sama-sama menimbulkan dampak serius. Misinformasi bisa memperburuk kesalahpahaman masyarakat terhadap sebuah kebenaran dan fakta, sedangkan, disinformasi dapat menggerus kepercayaan publik terhadap media dan lembaga resmi. Mengutip cloudcomputing.id, arus informasi palsu berpotensi menciptakan polarisasi dan menghambat upaya penyelesaian masalah di masyarakat.
Baca Juga: Teknologi: Tombak Bermata Dua Bagi Dunia Literasi
Pencegahan terhadap informasi yang keliru dapat dilakukan dengan memperkuat kemampuan literasi digital. Masyarakat dapat mengambil langkah sederhana, seperti memverifikasi sumber, mengecek fakta yang ada dari berbagai kanal terpercaya, serta memanfaatkan situs pengecekan fakta melalui cekfakta.com dan turnbackhoax.id.
Selain itu, penting untuk selalu berhati-hati sebelum membagikan ulang suatu informasi. Kesadaran kolektif ini penting agar ruang publik tetap sehat dan terbebas dari informasi yang menyesatkan.
Penulis: Clarisa Renata
Editor: Jessica Kannitha
Foto: Pixabay/Gerd Altmann
Sumber: bbc.co.uk, liputan6.com, cloudcomputing.id





