SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ikan blobfish (Psychrolutes marcidus) sering dijuluki sebagai hewan terjelek di dunia. Julukan itu muncul sejak 2013 ketika Ugly Animal Preservation Society menobatkannya sebagai “World’s Ugliest Animal”. Namun, di balik penampilan yang dianggap tidak menarik, ikan laut dalam ini justru menyimpan fakta menarik yang membuatnya populer dan banyak dibicarakan.
Mengutip mongabay.co.id, ikan blobfish hidup di perairan dalam sekitar 600 hingga 1.200 meter di lepas pantai Australia bagian tenggara, Tasmania, dan Selandia Baru. Lingkungan yang sangat tinggi ini memiliki tekanan air memengaruhi bentuk fisiknya. Ukuran ikan ini pun relatif kecil, yaitu tidak lebih dari 30 sentimeter.
Baca Juga: 5 Fakta Tentang Hamster, Si Hewan Pengerat Mungil
Penampilan blobfish yang terlihat seperti meleleh sebenarnya bukanlah wujud aslinya, melainkan hasil perubahan drastis ketika tubuhnya diangkat dari habitat laut dalam ke permukaan, dilansir dari bbc.com. Perubahan tekanan tersebut membuat tubuh blobfish yang lembek dan lunak kehilangan bentuk normalnya.
Mengutip nationalgeographic.grid.id, di habitat aslinya, blobfish sebenarnya tidak terlihat seperti “gumpalan” yang kerap populer di internet, tetapi lebih menyerupai ikan biasa. Tubuhnya yang seperti gelatin membantu ikan ini bertahan hidup di tekanan ekstrem laut dalam.
Baca Juga: Telisik Bahaya Kukang, Hewan Primata Imut Nan Mematikan
Selain itu, ikan ini tidak memiliki otot kuat yang membuatnya tidak berenang secara aktif. Ikan ini lebih banyak melayang dan menunggu mangsa kecil, seperti organisme laut dalam, yang lewat di dekatnya.
Popularitas blobfish sendiri meningkat sejak dijadikan maskot konservasi satwa oleh Ugly Animal Preservation Society, dilansir dari theguardian.com. Kampanye ini bertujuan untuk mengingatkan publik bahwa perlindungan satwa tidak hanya berlaku pada hewan-hewan yang dianggap lucu atau menarik, tetapi juga termasuk makhluk yang tampak “aneh”. Dengan cara ini, ikan laut dalam tersebut justru berperan besar dalam mendorong kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati laut dalam.
Penulis: Clarisa Renata
Editor: Jessica Kannitha
Foto: octopus.org.nz
Sumber: mediaindonesia.com, kompas.com, bbc.com, cnnindonesia.com





