BALI, ULTIMAGZ.com — Hari Raya Nyepi (9/3) merupakan salah satu hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Hindu di seluruh dunia tidak terkecuali di Bali. Di Bali terdapat kebudayaan unik untuk menyambut hari Raya Nyepi, yaitu pawai Ogoh-Ogoh.
Satu hari menjelang hari raya Nyepi umat Hindu di Bali selalu melakukan rangkaian upacara buta yadnya atau upacara yang ditujukan umat Hindu di Bali kepada Sang Buta Kala (Roh Jahat) untuk memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Rangkaian upacara tersebut akan diakhiri dengan upacara Pengerupukan, yaitu menyebar nasi dan memukul kentungan agar menimbulkan suasana yang gaduh. Upacara ini digelar untuk mengusir Sang Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Nah, Ada yang spesial dengan rangkaian upacara penyambuatan hari Raya Nyepi di Bali. Biasanya, masyarakat Bali selalu mengadakan pawai Ogoh-Ogoh (Perwujudan Buta Kala) untuk memeriahkan upacara Pengerupukan sekaligus pertanda hari Raya Nyepi dimulai. Tujuannya sendiri adalah untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Biasanya setiap Banjar (Balai Desa) selalu membuat satu sampai dua Ogoh-Ogoh dengan bentuk dan wujud yang beragam dan menggambarkan sosok Buta Kala. Ogoh-Ogoh sendiri biasanya dibuat secara sukarela oleh warga dari setiap banjar. Proses pembuatan dari Ogoh-Ogoh biasanya dimulai satu bulan menjelang hari raya Nyepi.
Pada hari raya Pengerupukan, Ogoh-Ogoh dari setiap banjar akan ditampilkan dan kemudian diarak berkeliling kota hingga pada akhirnya akan dibakar sebagai pertanda dimulainya hari Raya Nyepi di Bali. Pawai Ogoh-Ogoh sendiri selalu menjadi sesuatu yang istimewa bagi masyarakat Bali dan selalu dinanti-nantikan setiap tahunnya.
Tidak jarang pemerintah kota Denpasar mengadakan sayembara atau perlombaan membuat Ogoh-Ogoh sekreatif mungkin. Hal tersebut disambut baik oleh masyarakat Bali. Mereka selalu menciptakan kreasi Ogoh-Ogoh yang baru disetiap tahunnya.
Penulis : Natalia Setiawan
Foto : Kevin Setiawan
Editor : Annisa Meidiana