SERPONG, ULTIMAGZ.com- Ada banyak mitos mengenai fakta nasi putih dan nasi merah, terutama bagi penderita diabetes dan juga kalangan yang ingin menurunkan berat badannya. Mitos yang sering dibicarakan kerap kali dianggap sebagai musuh terutama bagi kalangan diet yang menganggap nasi putih dapat membuat tubuh menjadi lebih gemuk. Itulah alasan beberapa orang keliru menjalankan diet dengan menghilangkan nasi putih sebagai makanan pokok.
Kekeliruan tersebut membuat beberapa orang mencari pengganti dengan memilih nasi merah. Menurut jurnal International Journal of Food and Science, indeks glikemik (kadar gula) dalam nasi merah lebih rendah dari nasi putih, yaitu 55 glikemik. Sementara itu, nasi putih berjumlah 86 glikemik. Perbedaan tersebut mengakibatkan peralihan terutama bagi penderita diabetes untuk mengurangi kadar gula dalam mengonsumsi makanan. Namun, dengan kadar gula yang lebih tinggi tidak dapat membuktikan bahwa nasi putih adalah jahat sehingga harus dihindari. Dilansir dari Vice.com, penduduk wilayah Blue Zones seperti di Okinawa, Jepang memiliki umur panjang yang mencapai lebih dari 100 tahun, hal tersebut berasal dari gaya hidup sehat dan juga mengkonsumsi nasi putih sebagai makanan pokoknya.
Kemudian, nasi merah juga termasuk sumber karbohidrat yang rendah kalori tinggi serat, bebas gluten, dan tidak mengandung lemak trans. Manfaat tersebut dilihat memiliki lebih banyak keuntungan sehingga menjadi wajar untuk dijadikan pengganti makanan pokok saat diet. Alasannya karena kandungan serat dalam nasi merah yang tinggi mengakibatkan waktu untuk mencernanya lebih lama. Namun, jika dikonsumsi secara berlebih bisa berpengaruh pada sistem pencernaan. Beras merah mengandung asam fitat dan kandungan itulah yang membuat nasi merah sulit untuk dicerna.
Bukti selanjutnya berdasarkan studi yang dilakukan Walter Kempner, 2 dari 106 orang pernah mengalami penurunan berat badan dengan rata-rata 64 kilogram dalam satu tahun. Mereka menerapkan pola “White Rice Diet”. White Rice Diet adalah diet rendah kalori yang memiliki rasa hambar, terdiri dari nasi putih, buah, jus buah, dan gula. Meskipun begitu, hasil dari efek diet tersebut menghasilkan penurunan berat badan dan meredakan gejala penyakit ginjal.
Memilih nasi putih atau nasi merah adalah pilihan dari masing-masing orang. Hanya saja ada beberapa perbedaan kandungan dari kedua jenis nasi tersebut. Seperti yang diketahui, jika mengkonsumsi nasi atau makanan lain secara berlebihan tentunya akan berdampak pada gangguan metabolisme dalam tubuh. Penyebab tersebut berakibat timbulnya penyakit seperti diabetes, darah tinggi, atau obesitas. Untuk beberapa orang yang ingin melakukan diet atau menurunkan berat badan, tidak perlu menghindari atau menghilangkan nasi. Ada baiknya jika tetap mengkonsumsi nasi dengan menjaga sumber makanan yang dikonsumsi seperti menghitung jumlah kalori kebutuhan tubuh atau juga menjalankan kalori defisit. Selain itu, bisa dengan menjaga makanan yang kaya sumber vitamin alami contohnya dengan menambahkan sayuran atau buah-buahan di menu makanan.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa pandangan yang keliru dari pola diet terutama untuk menurunkan berat badan. Seringkali orang mengurangi atau bahkan menghilangkan nasi putih dan membatasi asupan makanan harian lainnya. Tindakan ini dapat membuat perut keroncongan hingga menimbulkan penyebab lainnya terutama penyakit asam lambung. Salah satu psikologi Amerika, Arthur Guyton menuturkan perilaku diet yang ideal adalah makanan yang dikonsumsi harus cukup dan mengandung protein, karbohidrat dan lemak yang seimbang. Tujuannya agar keseimbangan metabolisme dapat terpenuhi. Oleh karena itu, pandangan mengenai diet bukanlah menahan rasa lapar, tetapi melakukan kalori defisit dengan mengonsumsi makanan yang memiliki serat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Tentunya tetap boleh untuk mengonsumsi nasi putih.
Mitos mengenai nasi putih adalah jahat bisa dibantahkan mengenai fakta-fakta di atas.
Reporter: Caroline Saskia Tanoto
Editor: Abel Pramudya Nugrahadi
Sumber: health.detik.com, tirto.id, vice.com, healthline.com, cnnindonesia.com, sehatq.com
Fotografer: Caroline Saskia Tanoto