SERPONG, ULTIMAGZ.com — Setahun yang lalu, Rafael Benitez menjadi manajer kesekian yang didepak oleh Florentino Perez. Zinedine Zidane yang sudah mengisi pos asisten manajer sejak era Jose Mourinho pun diangkat sebagai pelatih kepala untuk menggantikan mantan juru taktik Liverpool, sisanya? biarkan raihan empat trofi mayor dan dua final Liga Champions yang berbicara.
Raihan trofi memang merupakan suatu hal yang jadi keniscayaan bagi klub prestisius seperti Real Madrid, tetapi dapat seketika menjadi capaian menakjubkan ketika ditangani oleh asisten manajer yang ditinggali segudang permasalahan.
Dalam waktu singkat, Madrid yang berantakan setelah ditinggal Benitez berhasil ‘disulap’ oleh sang pelatih yang juga mantan pemain si putih. Lantas apakah hal yang membuat Zidane mampu membawa dampak yang begitu besar hanya dengan modal pengalaman mendampingi manajer-manajer Madrid terdahulu?
Faktor pembeda mungkin dapat dilihat dari status legenda yang melekat pada diri Zidane. Sebagian besar pemain yang ada di skuat Real saat ini memiliki rasa kagum pada pria berkepala plontos itu saat ia masih aktif merumput, bahkan Sergio Ramos menjadi pemain yang beruntung karena sempat sama-sama membela panji klub ibukota Spanyol ini sebagai pemain.
Salah satu pemain tersebut adalah James Rodriguez, ia mengaku mengidolai Zidane di sela-sela pertanyaan seputar masa depannya di Spanyol.
“Zidane idola saya. Real Madrid mimpi saya. Saya berharap (bertahan di Madrid) selama mungkin,” ujar Rodriguez seperti dikutip dari cekskor.com
Demikian pun dengan Luka Modric, bintang Kroasia itu bahkan sudah mengagumi Zidane sejak kecil.
“Zinedine adalah seorang idola. Dia adalah salah satu pemain yang saya kagumi sejak kecil,” kata Modric dikutip dari Football Espana.
Rasa kagum dari punggawa Madrid itu pun secara otomatis menumbuhkan rasa hormat bagi Zidane, yang jadi lebih mudah mengendalikan keadaan di ruang ganti, sesuatu yang tidak pernah didapatkan oleh Jose Mourinho dan juga Benitez.
Selain faktor status legendanya, Zidane juga mampu menghadirkan pendekatan yang berbeda terhadap Ramos dan kawan-kawan. Pernahkah anda mendengar isu keributan internal seperti yang terjadi di era Mourinho dan Benitez? Hal itu tidak terlihat pada masa kepemimpinan Zidane sejauh ini, di samping hal-hal kecil macam ekspresi kekecewaan James Rodriguez dan Alvaro Morata yang kerap ditarik atau dibangkucadangkan tentunya.
Berbeda dengan manajer-manajer sebelumya (terkecuali Ancelotti yang dikenal memiliki relasi baik dengan para pemain Madrid), Zidane mungkin dapat disebut sebagai pelatih yang memiliki simbiosis rasa hormat dengan para pemainnya. Masih ingat ketika Mourinho membuat keputusan kontroversial dengan mencadangkan Iker Casillas? pada momen itulah The Special One ‘menghancurkan’ konsentrasi Madrid pada sisa musim 12/13, hingga hanya mampu membawa pulang trofi Piala Super Spanyol.
Lain halnya dengan Zidane, keputusannya yang berani mencadangkan bintang seperti Ronaldo justru tidak menimbulkan sama sekali gejolak. Tidak seperti Mourinho yang mencadangkan Casillas begitu saja dan seolah tidak peduli lagi dengan masa depan sang mantan kapten, Zidane melakukan pendekatan secara ‘halus’ dan mampu membuat Ronaldo mengerti posisinya saat ini.
Sang topskor sepanjang masa Portugal bahkan memuji keputusan pelatihnya itu.
“Saya lebih banyak diistirahatkan tahun ini demi terus berada dalam kondisi yang bagus di akhir musim. Itu berjalan sesuai rencana sebagaimana tahapan seperti ini sangat menentukan,” jelas Ronaldo seperti dikutip dari goal.com.
Melihat pemecahan masalah yang dilakukan oleh Zidane di Madrid, serta kesuksesannya membawa Los Blancos memasuki final Liga Champions secara beruntun, nampaknya sudah saatnya Perez menghentikan ‘hobinya’ memecat pelatih.
Penulis: Gilang Fajar Septian
Editor: Kezia Maharani Sutikno
Foto: pinterest.com, penamadridista.hu
Sumber: goal.com, pinterest.com, penamadridista.hu, cekskor.com, football espana