• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, October 7, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Opini

Dilema Penghapusan Sistem 3 in 1

Ultimagz Archive by Ultimagz Archive
March 31, 2016
in Opini
Reading Time: 2 mins read
Dilema Penghapusan Sistem 3 in 1
0
SHARES
154
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menerapkan sistem 3 in 1 di beberapa jalan protokol di Jakarta. Artinya, setiap pengendara roda empat yang ingin melintasi jalan pada jam tertentu, harus berpenumpang minimal tiga orang. Dengan peraturan tersebut, muncullah peluang bagi masyarakat untuk menjadi joki 3 in 1, yang membantu pengendara mobil dengan mengisi kekurangan penumpang.

Sistem 3 in 1 didasari oleh Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, No. 4104/2003 tertanggal 23 Desember 2003. Dalam putusan tersebut, sejumlah jalan protokol dan dalam waktu tertentu, mewajibkan pengendara roda empat untuk mengisi satu kendaraan dengan minimal tiga penumpang. Tujuannya adalah efisiensi dalam transportasi.

Namun pada 28 Maret 2016, seperti dilansir dari Kompas.com, gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dikabarkan akan mengkaji sistem 3 in 1, dan kemungkinan akan menghapusnya. Hal ini bukanlah tanpa alasan.

Terdapat banyak kasus eksploitasi anak di bawah umur, yang seharusnya menuntut ilmu dan bersenang-senang,  malah dipaksa ikut men-joki. Hampir beberapa joki yang bekerja di jalan turut menggendong anak kecil, bahkan balita.

Tak berhenti di situ, beberapa anak diberi obat oleh joki tertentu agar tidak rewel saat berada di mobil yang ditumpanginya. “Sebenarnya enggak perlu ada 3 in 1 juga. Kalau orang pada bawa-bawa bayi begitu, dikasih obat bayinya biar enggak mengganggu yang membawa mobil. Ini kan, enggak benar kalau begitu,” ujar Ahok, dikutip dari Kompas.com.

Meski fenomena eksploitasi tersebut seolah pahit, tak dipungkiri para joki 3 in 1 pun merasakan hal yang pahit pula. Mengingat standar pendidikan yang sangat penting dalam mencari pekerjaan, mereka yang sebagian besar berpendidikan rendah tak punya pekerjaan layak. Terlepas dari kualitas sumber daya manusianya, lapangan pekerjaan di Jakarta sendiri tidak sebanding dengan jumlah pengangguran yang ada.

Contohnya saja, seperti yang dituliskan postkotanews.com mengenai Syamsul (38), korban pemecatan yang ditangkap men-joki di kawasan Panglima Polim. Kendati masih harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga, bekerja sebagai joki pun Syamsul jalankan demi setidaknya makan setiap hari.

Meski masih sebatas wacana, hal ini berujung pada pertanyaan, haruskah sistem 3 in 1 ditiadakan? Jika tidak, pemerintah perlu mengkaji ulang sistem dan aturan terkait joki tersebut. Jika ditiadakan, maka fenomena eksploitasi anak kemungkinan akan berkurang. Ya, hanya berkurang, bukan hilang.

Tak bisa menjadi joki, pilihan terdekat adalah menjadi pengemis. Dan hal tersebut tidak menutup kemungkinan jika anak kembali dijadikan alat untuk bekerja. Selama belum ada perbaikan dari segi pengawasan dan penertiban daerah, maka sulit untuk menjamin tingkat eksploitasi anak dapat berkurang.

Berkaca dari hal tersebut, fenomena ini seolah memberikan cerminan akan perlunya peningkatan pendidikan masyarakat ibu kota. Tanpa pendidikan, masyarakat akan sulit untuk memiliki kemampuan dan kualifikasi untuk bekerja yang baik.

Tak usah muluk-muluk hingga ke bahasan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dulu. Cukup memiliki etos kerja dan keahlian di satu bidang. Harapannya, sekali mendayung dua pulau terlampaui, semakin banyak pekerja berkualitas sekaligus mampu membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan begitu, masyarakat ibu kota semakin mampu untuk memajukan negeri lewat karya, sehingga tak perlu lagi menjadi joki untuk mengais rejeki.

Penulis: Agustina Selviana
Editor: Alif Gusti Mahardika
Foto: detik.com (Johni Hutapea)

Tags: 3 in 1ahokbasuki tjahaja purnamaDilema tiadakan joki 3 in 1dki jakartaEksploitasi anak dengan joki 3 in 1Joki 3 in 1Pendidikan di Indonesiaultimagz
Ultimagz Archive

Ultimagz Archive

Related Posts

Demonstran menghadapi kepolisian di Jakarta pada Senin (25/8/2025). (tirto.id)
Opini

Aksi Massa dan Perubahan Dinamika Demokrasi Indonesia

September 11, 2025
Potret yang menggambarkan pengalihan isu (indonesiana.id)
Iptek

Pengalihan Isu: Trik Lama dalam Wajah Baru Politik Indonesia

September 8, 2025
Para demonstran buruh di depan Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (28/08/25). (KOMPAS.com/Ridho Danu Prasetyo)
Opini

Antara Rakyat, Pemerintah, dan Aparat: Saat Aspirasi Berujung Represi

September 9, 2025
Next Post
Raksasa dari Jogja, Tentang Cinta dan Trauma

Raksasa dari Jogja, Tentang Cinta dan Trauma

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 + 7 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021