• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, June 2, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Opini

Foto Jurnalistik Bukan Sekadar Pelengkap

by Harvey Darian
May 18, 2018
in Opini
Reading Time: 2 mins read
Foto Jurnalistik Bukan Sekadar Pelengkap

Bima Arya mengangkat seorang anak balita dalam puncak perayaan Hari Jadi Bogor ke-535, di Jalan Jendral Sudirman, Bogor, pada Minggu (16/07/2017). Aksi ini bagi saya suatu simbol yang mengartikan lahirnya Kota Bogor.

0
SHARES
588
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Bicara tentang media online atau media cetak, suatu tulisan dan foto tidak dapat dipisahkan. Namun, sering kali bentuk visual, khususnya foto dalam media, dianggap sebagai pelengkap informasi saja. Lalu apa sebenarnya fungsi dan bagaimana peran sebuah foto dalam karya jurnalistik?

Bagi saya, definisi foto jurnalistik adalah foto yang mengandung sebuah nilai berita dan tetap melaksanakan kaidah-kaidah serta kode etik jurnalistik. Inilah yang membedakan antara foto jurnalistik dengan genre foto yang lain.

Sebuah foto jurnalistik juga tidak serta merta memotret sebuah kejadian. Wartawan foto perlu riset, seperti bagaimana yang diajarkan oleh Arbain Rambey, salah satu dosen foto jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara. Arbain mengajarkan bahwa foto harus sudah jadi sebelum kita memtotret di tempat kejadiannya. Hal itu bisa terjadi setelah kita melakukan riset dan melakukan konsep.

Lalu, tujuan foto jurnalistik pun bermacam-macam dengan tujuan utama memberi pesan pada masyarakat. Pesan yang disampaikan tergantung pada wartawan foto itu sendiri. Foto tersebut memang sering kali dimaknai berbeda oleh setiap orang. Oleh karena itu, wartawan juga memiliki kewajiban untuk menceritakan foto tersebut lewat sebuah caption atau bisa juga membuat suatu foto seri atau foto esai.

Saat ini, seiring dengan teknologi yang sudah lebih memadai, muncul karya visual jurnalistik baru, salah satunya yaitu videografi. Walaupun videografi dan foto sama-sama karya visual, kedua hal itu tidak bisa disamakan terutama bila kita berbicara tentang sebuah makna.

Dari segi alur peristiwa, karya videografi tentunya berhasil menceritakannya secara utuh di tiap detik kejadiannya. Tapi, menurut saya, kekurangannya adalah tidak cukup kuat untuk menggugah hati dan pikiran audiens. Contoh paling sederhana adalah foto karya Kevin Carter berjudul “Starving Child and Vulture”

 

“Starving Child and Vulture” karya Kevin Carter

Foto jurnalistik yang sempat kontroversial ini selalu menjadi perbincangan masyarakat hingga sekarang. Mengapa? Karena momen dalam foto ini sungguh apik. Dalam sekejap melihat fotonya saja, rasa empati kita sebagai manusia langsung tergugah dan kita merasa bahwa, kita sedang berada dalam situasi tersebut. Disinilah kekuatan foto jurnalistik bekerja.

Selain itu, foto ini tak memiliki alur mundur maupun maju seperti videografi, sehingga muncul pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada anak itu setelah dipotret. Pertanyaan tersebut menjadi sebuah tanda bagi masyarakat serta dilema sebagai seorang wartawan foto hingga sekarang. Namun satu hal yang pasti, foto ini selalu menjadi gambaran besar kehidupan di Afrika saat itu dan masih diingat hinga sekarang.

Selain itu foto jurnalistik dapat memberikan pengaruh yang besar bagi suatu kumpulan masyarakat atau bahkan di dunia. Ambil contoh lagi dari karya milik Jeff Widener berjudul “Tank Man” yang diambil pada tahun 1989.

“Tank Man” karya Jeff Widener (Associated Press)

Kejadian ini dipotret sehari setelah pembantaian di Lapangan Tianmen, Cina, ketika pasukan Tiongkok menyerang demonstran pro-demokrasi yang berkemah di alun-alun. Ketika dia sedang memotret hasil peristiwa berdarah tersebut dia melihat seorang pria memegang plastik menghalangi tank-tank yang sedang berjalan.

Untungnya tank tersebut tidak menembakkan senjatanya dan orang yang tak dikenal tersebut dibawa pergi. Setelah foto itu ditampilkan lewat Associated Press, pria anonim tersebut menjadi pahlawan global dan simbol untuk perlawanan terhadap rezim yang tidak adil dimana-mana.

Kedua foto di atas memiliki makna yang kuat dan membawa pengaruh yang besar kepada masyarakat. Hal itu bisa menjawab dengan jelas bahwa foto jurnalistik memiliki andil yang besar juga di dunia jurnalistik.

A true photograph need not be explained, nor can it be contained in words

– Ansel Adams

 

Penulis: Harvey Darian Kusnadi 

Editor: Hilel Hodawya

Fotografer: Harvey Darian Kusnadi, 100photos.Time.com

Tags: 2018foto jurnalistikjeff widenerJurnalistikkevin carterultimagz
Harvey Darian

Harvey Darian

Related Posts

digicam
Opini

Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?

May 23, 2025
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi mengesahkan revisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Rapat Paripurna pada Kamis (20/03/25). (detik.com)
Opini

Pengesahan RUU TNI: Satu Langkah Menuju Bangkitnya Orde Baru?

March 24, 2025
Ilustrasi #KaburAjaDulu
Opini

#KaburAjaDulu: Kurang Cinta Tanah Air atau Perasaan Terkhianati

March 15, 2025
Next Post
Gianluigi Buffon Tinggalkan Juventus di Akhir Musim

Gianluigi Buffon Tinggalkan Juventus di Akhir Musim

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021