SERPONG, ULTIMAGZ.com – Indonesia merupakan negara multikultural yang terkenal dengan keragaman adat istiadatnya, salah satunya adalah suku. Seiring berkembangnya zaman, budaya Barat mulai masuk ke Indonesia dan mempengaruhi adat istiadat. Namun, masih ada beberapa suku yang belum tersentuh modernisasi.
Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa. Berdasarkan data tersebut, Suku Jawa merupakan kelompok dengan populasi terbanyak di Indonesia dengan 95,2 juta jiwa. Jika dihitung, jumlah tersebut mencapai 41 persen dari total populasi di Indonesia.
Kenapa menolak modernisasi?
Melansir dari detik.com, sebuah lembaga pemerhati suku-suku di dunia, Survival International mengatakan ada beberapa alasan suku-suku tradisional yang menolak dunia luar. Pertama, mereka nyaman tinggal di wilayahnya dengan semua sumber daya kehidupan. Air, makanan, dan tempat berlindung tersedia di alam.
Kedua, mereka masih menganut kepercayaan leluhur untuk tidak meninggalkan tempat asalnya. Ini ditujukan agar alam tetap terawat karena alam adalah rumah terbaik bagi mereka. Fisik suku pedalaman juga lebih kuat. Mereka bisa bertahan dari cuaca ekstrem, membuat obat-obatan herbal, dan menjaga diri dari binatang buas.
Namun, masih ada beberapa suku yang hidup berpindah-pindah (nomaden), salah satunya adalah Suku Punan di Kalimantan. Sebagai contoh, ketika ada anggota keluarga yang meninggal dan sudah dikubur, mereka akan berpindah menuju daerah lain. Alasan lainnya karena hidupnya yang bergantung pada hewan dan tumbuhan sekitar.
Secara tidak langsung, mereka yang menolak dunia luar adalah penjaga alam yang sebenarnya. Dengan menolak hal-hal dari luar, mereka menjaga identitas adatnya yang membuat masyarakat tertarik untuk mempelajari lebih lanjut. Suku pedalaman yang hidup di alam seperti hutan, sungai, dan gua akan menjaga lahan tersebut agar tidak dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan usaha atau kebutuhan lainnya.
Dukungan Pemerintah untuk Suku Tradisional
Walaupun Indonesia terus berusaha agar menjadi negara maju, pemerintah tetap mendukung suku-suku pedalaman untuk tetap mewariskan adat istiadatnya. Salah satunya adalah upaya Dinas Sosial Kabupaten Bulungan untuk mendukung kesejahteraan sosial di suku pedalaman.
Berdasarkan pernyataan Azhari dalam Jurnal Ilmu Pemerintahan, upaya-upaya tersebut adalah pemberian pelatihan bercocok-tanam, pemberian fasilitas rumah sederhana atau layak huni, pemberian bantuan sosial, pemberian prosedur layanan kesehatan, dan pelatihan keterampilan seperti menjahit.
Namun, bantuan tersebut tidak dilakukan terus-menerus oleh masyarakat Suku Punan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dinas sosial tetap dihiraukan karena mereka lebih memilih untuk merawat sendiri. Begitu pula dalam hal pemberdayaan. Pemerintah setempat sudah mengajarkan Suku Punan untuk menjahit. Tetapi mereka tidak menjalankan apa yang sudah diajarkan oleh pemerintah.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga turun tangan dengan berkunjung ke Suku Anak Dalam, Jambi. Beliau memberikan bantuan berupa sembako dan Kartu Indonesia Sehat untuk keperluan berobat.
Berikut tiga suku pedalaman di Indonesia yang menolak modernisasi.
- Suku Baduy (Banten)
Masyarakat asli Banten ini memilih untuk mengasingkan diri dan tetap menjalankan adat istiadatnya. Walaupun dekat dengan pusat perekonomian, mereka memilih untuk tetap tinggal di sekitar Pegunungan Kendeng. Mereka juga terkenal hidup mandiri karena menggantungkan kebutuhan hidupnya dari alam. - Suku Punan (Kalimantan)
Suku Punan merupakan salah satu suku rumpun Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Mereka hidup berpindah-pindah sesuai siklus hewan dan tumbuhan di lingkungan tempat tinggalnya.Makanan utama mereka adalah umbi-umbian dan hewan hasil berburu. Jika sakit, mereka tidak menggunakan obat-obatan sehingga mereka hidup berdasarkan “seleksi alam”. Dalam hal agama, suku pedalaman ini masih berpegang teguh pada hukum adat. Hal unik dari suku ini adalah jika mendapati anggota keluarga yang sakit, mereka akan diusir karena dianggap membawa malapetaka.
- Suku Mentawai (Sumatera Barat)
Salah satu suku tertua di Indonesia ini sudah bertahan lama dan menolak modernisasi. Suku Mentawai tersebar di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.Dalam hal agama, mereka memiliki kepercayaan tersendiri yaitu Sabulungan. Mereka percaya seluruh benda yang ada memiliki roh dan jiwa. Makanan utama mereka hanyalah sagu dan hewan hasil berburu seperti babi hutan, kijang, dan ayam.
Ciri khas masyarakat Mentawai adalah tato. Mereka memandang tato sebagai identitas dan seni yang menggambarkan keseimbangan antara penghuni hutan dengan alam. Cara menatonya pun unik yaitu dengan menggunakan bahan alami seperti arang.
Hadirnya suku pedalaman menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang beragam adat istiadatnya. Indonesia harus mempertahankan entitas suku pedalaman yang masih tradisional dan primitif. Kita juga harus menghargai dan toleransi kepada masyarakat pedalaman yang menetapkan dirinya untuk tidak terbawa arus budaya barat. Justru hal ini membantu Indonesia untuk menjaga kebutuhan sumber daya alam dan nilai plus dari ragamnya budaya.
Penulis: Maria Katarina, Jurnalistik 2019
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Foto: 99.co, tribunnews.com, nusantarainfo.com, merahputih.com
Sumber: detik.com, kontan.co.id, kompas.com, Azhari, I. dkk. (2017). Peran Dinas Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Punan Pedalaman Di Desa Pungit Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan. Journal Ilmu Pemerintahan. 6(1), 95-106.