• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, September 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Hiburan Film

Pencarian Arti Keluarga Hebat Bertabur Imajinasi dalam “The Willoughbys”

Elisabeth Diandra Sandi by Elisabeth Diandra Sandi
April 27, 2020
in Film, Hiburan, Review
Reading Time: 2 mins read
Poster film "The Willoughbys". (ultimagz)

Poster film "The Willoughbys". (Foto: honknews.com)

0
SHARES
603
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com — Tidak semua orang memiliki keluarga yang harmonis, termasuk kehidupan salah satu generasi Willoughbys yang memiliki rambut merah sebagai ciri khasnya. Dalam “The Willoughbys”, keempat anak yang tidak pernah merasakan cinta dari kedua orang tuanya ingin mencari arti dari keluarga hebat. Pencarian mereka pun dibungkus dengan hasil pemikiran yang imajinatif.

Tabiat egois orang tua dari Tim (Will Forte), Jane (Alessia Cara), dan saudara kembar yang keduanya bernama Barnabys (Vincent Tong) sudah dirasakan mereka berempat sejak lahir. Hari-harinya dipenuhi dengan kelaparan dan kemarahan kedua orang tuanya apabila terganggu dengan perbuatan empat bersaudara itu. 

Ide baru untuk mencari keluarga baru pun muncul saat Jane menemukan bayi yang berada di dalam kardus pada gerbang rumahnya. Petualangan pertama mereka terjadi ketika Willoughbys bersaudara harus mencari rumah baru bagi bayi itu karena kedua orang tuanya menolak kehadirannya di rumah. Mereka pun pergi menuju ujung dari pelangi  di kota tempat tinggalnya. 

Potret salah satu adegan ketika Jane memegang bayi Ruth di hadapan Tim dan kedua saudara kembarnya. (ultimagz)
Potret salah satu adegan ketika Jane memegang bayi Ruth di hadapan Tim dan kedua saudara kembarnya. (Foto: polygon.com)

Setelah menemukan rumah baru bagi bayi yang diberi nama Ruth, mereka pun berkeinginan untuk menjadi anak yatim seperti Ruth. Willoughbys bersaudara yang ingin hidup dalam keluarga normal dan bahagia pun merencanakan liburan dengan destinasi mematikan untuk kedua orang tuanya. Berbekal brosur modifikasi yang menjanjikan liburan tanpa membawa anak-anak, tanpa ragu kedua orang tuanya langsung pergi berlibur dengan senang.

Empat bersaudara itu pun merasa bebas, tetapi kesenangan mereka tidak bertahan lama. Kesadaran bahwa hidup tanpa orang tua tidak semudah yang mereka bayangkan. Kemudian mereka memulai perjalanan untuk mencari arti keluarga hebat yang seutuhnya menggunakan alat transportasi yang imajinatif. 

Meski jarang terjadi, tetapi gambaran keluarga Willoughbys yang tidak harmonis masih ada dalam kenyataan kita saat ini. Tidak semua anak-anak tumbuh dalam cinta kasih keluarga. Apabila mengambil konteks di Indonesia, salah satu indikator dalam survei Indeks Kebahagiaan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada 2017, yaitu indikator keharmonisan keluarga yang mencapai angka 80,5. Hal ini menunjukan bahwa masih ada kemungkinan keluarga yang tidak harmonis sehingga Indeks Kebahagiaan di Indonesia masih tergolong cukup (70,69 dari 100). Maka dari itu, film ini dapat memberikan gambaran bagaimana perasaan seorang anak ketika keluarganya tidak harmonis. 

Unsur pendukung dalam alur cerita film “The Willoughbys” menggambarkan dengan jelas sisi imajinatif dari film ini. Penggunaan rambut ayah Willoughbys, misalnya. Dalam film ini, rambut merah keturunan Willoughbys dapat digunakan sebagai benang jahit. Meskipun tokoh maupun komponen pendukung tergolong unik, tetapi inilah yang mencerminkan ciri khas kreativitas anak-anak. Jika ingin dibandingkan, pemikiran seperti ini senada dengan film “The Little Prince” karena apa saja bisa terjadi dalam dunia imajinasi. 

Selain itu, film garapan Kris Pearn dan Adam Wood ini merupakan adaptasi dari buku karya Lois Lowry dengan judul serupa. Bagi Ultimates yang ingin mencari pengalaman baru dalam menonton film, masuklah ke dalam kisah dunia imajinasi keluarga “The Willoughbys”.

 

Penulis: Elisabeth Diandra Sandi

Editor: Abel Pramudya

Foto: honknews.com, polygon.com

Sumber: bps.go.id

Tags: fantasifilmfilm keluargaimajinasiIndeks kebahagiaankeluargakeluarga hebatnetflixReview FilmThe Willoughbys
Elisabeth Diandra Sandi

Elisabeth Diandra Sandi

Related Posts

Jacob Collier dalam acara BNI Java Jazz Festival 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Hiburan

Jacob Collier Tampil Memukau di Java Jazz Festival 2025 Setelah 9 Tahun

July 16, 2025
Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

July 16, 2025
Ilustrasi seorang wanita menonton film di waktu rehatnya. (freepik.com)
Film

Pelukan Dalam Bentuk Film: Teman Menonton Saat Dunia Terasa Berat

July 16, 2025
Next Post
C*bul

"C*bul": Melihat Kompleksitas Manusia dari Pornografi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twenty + two =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021